Kandidat Kuat Presiden Era Taliban Dialah Mullah Baradar
Font: Ukuran: - +
(AFP PHOTO/KARIM JAAFAR)
DIALEKSIS.COM | Dunia - Nama Mullah Abdul Ghani Baradar terus menjadi sorotan setelah Taliban menduduki ibu kota Kabul dan istana Kepresidenan Afghanistan pada minggu (15/8) lalu.
Baradar merupakan salah satu pendiri Taliban dan kerap menjadi wajah perwakilan kelompok tersebut saat berunding dengan pihak asing. Hibatullah Akhundzada merupakan pemimpin tertinggi Taliban saat ini. Namun, Akhundzada lebih senang memimpin organisasi dari balik layar.
Sementara itu, dikutip The Guardian, Baradar merupakan kepala politik Taliban dan kerap dianggap sebagai wajah publik kelompok tersebut.
Baradar kerap memimpin delegasi Taliban saat bertemu dengan perwakilan negara asing, termasuk saat berkunjung ke Moskow, Islamabad, Teheran, dan Beijing.
Pria Afghanistan kelahiran 1968 itu bahkan menjadi perwakilan Taliban yang berunding langsung dan menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat di Doha, Qatar, pada Februari 2020.
Perjanjian itu menghasilkan kesepakatan AS untuk menarik pasukan dari Afghanistan dan dianggap sebagai awal kebangkitan Taliban di negara Asia Selatan tersebut.
Baradar sempat ditahan intelijen Pakistan pada awal 2010. Setelah bebas pada Oktober 2018, Baradar ditunjuk Taliban sebagai kepala misi diplomatik kelompok itu di Doha, Qatar.
Tak lama setelah Taliban menguasai Kabul, Baradar pun pulang ke Afghanistan dan saat ini tengah berada di ibu kota untuk berunding soal pembentukan pemerintahan baru.
Dikutip The Diplomat, beberapa media lokal menganggap Baradar sebagai bakal kuat presiden Afghanistan di era Taliban.
Baradar dikenal luas paling cocok memimpin pemerintah baru Afghanistan terutama karena citra dan pandangannya yang dianggap lebih moderat ketimbang sejumlah pemimpin Taliban lainnya.
Baradar turut menggagas penyelesaian konflik Afghanistan secara politik. Banyak pihak melihat Baradar sebagai seorang pemimpin Taliban dengan pendekatan politik, daripada seorang pemimpin militer.
Meski ia seandainya tak menjadi presiden, sejumlah eks pejabat Afghanistan meyakini Baradar akan menduduki jabatan penting dalam pemerintahan baru negara tersebut.
Seluruh aktor utama dalam konflik Afganistan mengakui bahwa Baradar sangat mendukung pembicaraan damai. Pada 2019, Utusan Khusus Rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad, menuturkan mantan presiden Afghanistan, Hamid Karzai, dan penerusnya, Ashraf Ghani, melihat potensi Baradar sebagai "peran penting dalam proses perdamaian."
Pihak Amerika sendiri melihat Baradar sebagai seorang "yang moderat dan fasilitator berguna dalam pembicaraan damai" dan "orang yang lebih terbuka dan mendukung perdamaian" dari pihak Taliban.
Penangkapan Baradar di Pakistan bahkan disebut sejumlah pihak dilakukan untuk menyabotase rencana rekonsiliasi Taliban dengan pemerintah Afghanistan.
Jauh sebelum Taliban berdiri, Baradar sempat bergabung dengan pasukan Mujahidin di Afghanistan dan bertempur melawan Uni Soviet pada 1980-an.
Setelah Soviet mundur pada 1989, Afghanistan jatuh ke dalam perang saudara. Saat itu, Baradar memilih tinggal di Kandahar dan mendirikan madrasah dengan saudara iparnya, Mohammad Omar. Keduanya lantas mendirikan Taliban, sebuah gerakan yang dipelopori cendekiawan Islam muda (cnnindonesia.com).