kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Kontaminasi Air Jadi Ancaman Baru Usai Banjir di Libya Timur

Kontaminasi Air Jadi Ancaman Baru Usai Banjir di Libya Timur

Kamis, 21 September 2023 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Tim penyelamat dan kerabat mencari jenazah korban di Derna, salah satu kota di Libya Timur yang paling terkena dampak terparah dari Badai Daniel. [Foto: Abdulaziz Almnsori/AP Photo]


DIALEKSIS.COM | Dunia - Lebih dari seminggu setelah banjir yang disebabkan oleh Badai Daniel menghancurkan Libya timur, menewaskan ribuan orang dan membuat lebih banyak orang mengungsi, para penyintas dihadapkan pada ancaman lain, yaitu kontaminasi air.

Otoritas kesehatan telah memperingatkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air di daerah yang terkena dampak, khususnya di Kota Derna yang terkena dampak paling parah.

Para ahli telah memperingatkan bahwa air banjir telah mencemari sumber air dengan limbah, menjadikannya tidak aman untuk dikonsumsi dan membuat masyarakat menghadapi risiko kesehatan yang serius.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk terkait dengan penularan penyakit seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A, tipus, dan polio.

Juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Jessica Moussan mengatakan, penanganannya melalui kombinasi tindakan jangka pendek dan jangka panjang.

"Langkah pertama, tentunya dengan menyediakan air yang aman untuk dikonsumsi, baik untuk keperluan minum, memasak, atau kebersihan. Dalam jangka panjang, fokusnya terutama pada perbaikan infrastruktur yang diperlukan, selain tindakan lain yang mencakup klorinasi sumber air publik dan penyebaran informasi mengenai praktik air bersih," papar Moussan, melansir Aljazeera, Kamis (21/9/2023).

Moussan mengatakan banjir baru-baru ini telah menyebabkan gangguan parah, termasuk pada infrastruktur air, yang “semakin menambah tantangan [negara]”.

Meskipun angka spesifiknya sulit didapat, dampak bencana terhadap sistem pembuangan limbah berarti adanya “risiko penduduk yang lebih besar terkena air yang tidak aman”, tambahnya.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, setidaknya 150 orang jatuh sakit akibat kontaminasi air dalam 10 hari sejak banjir, termasuk sekitar 55 anak-anak di Derna.

“Situasi di Derna dan daerah lain yang terkena dampak banjir di Libya sangat buruk,” kata Komite Penyelamatan Internasional (IRC) dalam sebuah pernyataan. “Akses terhadap air bersih adalah hak asasi manusia, dan kami sangat prihatin dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka yang terkena dampak krisis kontaminasi ini.”

Untuk mengatasinya, beberapa kelompok bantuan lokal dan internasional, termasuk Bulan Sabit Merah Libya dan badan-badan PBB, telah merespons bencana tersebut dengan memberikan upaya bantuan segera.

Respons yang diberikan berkisar dari mengevakuasi penduduk yang terlantar dan memberikan bantuan medis serta persediaan penting hingga mengamankan air bersih dan peralatan sanitasi untuk mencegah penyebaran penyakit.

Para aktivis kemanusiaan juga meminta dana tambahan untuk meningkatkan respons operasi dan menjangkau lebih banyak warga yang terkena dampak di Derna dan sekitarnya. [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda