Korsel Kirim Kapal Perang ke Timur Tengah
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi kapal tanker di Selat Hormuz. Korsel berencana mengirim kapal perusak ke Selat Hormuz akibat tekanan dari Amerika Serikat. (Foto: CNN Indonesia)
DIALEKSIS.COM | Korea - Korea Selatan berencana mengirim kapal perang perusak milik angkatan lautnya dan mengerahkan 300 personel ke Selat Hormuz di Timur Tengah. Pengerahan itu dilakukan setelah Korsel menerima tekanan dari sekutunya, Amerika Serikat, menyusul ketegangan Negeri Paman Sam dengan Iran belakangan ini.
Kementerian Pertahanan Korsel menuturkan pengerahan kapal dan personel itu dilakukan demi memperluas area penempatan unit militer anti-pembajakannya untuk sementara waktu. Pasukan khusus yang berfokus mengamankan perairan dari perompak itu selama ini beroperasi di lepas pantai Somalia dan akan diperluas hingga Teluk Persia dan Teluk Oman, termasuk juga Selat Hormuz.
Meski begitu, Kemhan Korsel beralasan pengerahan kapal dan personel ini bukan bagian dari misi Amerika Serikat di Timur Tengah. Namun, dua pejabat pertahanan Korsel menuturkan bahwa misi angkatan laut Korsel itu akan dikirim ke markas AS di Timur Tengah untuk "berbagi informasi".
Rencana pengerahan kapal perang tersebut dilakukan setelah Duta Besar AS di Seoul, Harry Harris, mendesak Korea Selatan bergabung dalam misi angkatan lautnya demi mengamankan Timur Tengah.
"Sangat sedikit negara yang punya kebutuhan besar berkontribusi (mengamankan Timur Tengah). Padahal 70 persen pasokan minyak Korea Selatan berasal dari Timur Tengah," papar Harris seperti dilansir AFP.
Permintaan AS itu disebut membuat Korea Selatan dilema. Sebab, di satu sisi AS merupakan sekutu dekat Korea Selatan. Di sisi lain, Korea Selatan juga memiliki hubungan diplomatik dengan Iran sejak 1960.
Selain itu, Iran adalah salah satu pemasok minyak utama bagi Korea Selatan.
Seoul dan Washington merupakan sekutu yang memiliki perjanjian aliansi pertahanan pada 1953 atau setelah gencatan senjata Perang Korea disepakati. Aliansi itu dibentuk demi melindungi Korea Selatan dari Korea Utara yang memiliki senjata nuklir.
AS memiliki sejumlah pangkalan militer di Korea Selatan dan mengerahkan total 28.500 tentara ke Negeri Ginseng.
Pengerahan misi angkatan laut Korea Selatan ini dilakukan ketika relasi AS-Iran masih memanas, terutama setelah Washington meluncurkan serangan drone yang menewaskan jenderal Iran, Qasem Soleimani, pada 3 Januari lalu.
Iran bersumpah akan membalas kematian Soleimani. Sejumlah pihak khawatir bahwa Iran akan melakukan pembalasan yang tak hanya merugikan bagi AS, tapi juga dunia, salah satunya dengan memblokir Selat Hormuz.
Selat Hormuz merupakan jalur strategis perdagangan minyak dunia. Sejumlah kapal tanker terutama milik Saudi sempat dibajak di perairan itu.
AS meyakini Iran bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap kapal-kapal tersebut.