Krisis Ekonomi, Warga Pakistan Diminta Kurangi Minum Teh
Font: Ukuran: - +
Seorang pria membuat teh susu di sebuah toko di Islamabad, ibu kota Pakistan. Foto: Xinhua/SIPA USA]
DIALEKSIS.COM | Islamabad - Warga Pakistan telah didesak untuk mengurangi minum teh untuk menjaga perekonomian tetap bertahan, karena importir teh terbesar dunia bergulat dengan inflasi yang melonjak dan rupee yang terdepresiasi dengan cepat.
Menteri Federal untuk Perencanaan dan Pembangunan Pakistan, Ahsan Iqbal, mengatakan kepada wartawan bahwa orang Pakistan dapat mengurangi konsumsi teh mereka dengan "satu atau dua cangkir" per hari karena impor menambah beban keuangan pada pemerintah.
“Teh yang kita impor itu diimpor dengan mengambil pinjaman,” kata Iqbal seraya menambahkan pengusaha juga harus tutup lebih awal untuk menghemat listrik, mengutip CNN, Rabu (15/6/2022).
Negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta ini adalah importir teh terbesar di dunia, membeli lebih dari $640 juta pada tahun 2020, menurut Observatory of Economic Complexity.
Pakistan telah menghadapi tantangan ekonomi yang parah selama berbulan-bulan, yang menyebabkan kenaikan harga makanan, gas dan minyak.
Sementara itu, cadangan mata uang asingnya menurun dengan cepat. Dana yang dipegang oleh bank sentral turun dari $16,3 miliar pada akhir Februari menjadi sedikit di atas $10 miliar pada Mei, menurut Reuters, penurunan lebih dari $6 miliar dan cukup untuk menutupi biaya dua bulan impornya.
Banyak orang di Pakistan menggunakan media sosial untuk mengejek permohonan Iqbal, dengan mengatakan bahwa mengurangi konsumsi teh tidak akan banyak membantu meringankan kesengsaraan ekonomi negara itu.
Krisis ekonomi Pakistan menjadi pusat pertikaian politik antara Perdana Menteri Shehbaz Sharif dan pendahulunya Imran Khan awal tahun ini, yang menyebabkan penggulingan Khan pada bulan April.
Sharif menuduh Khan salah urus ekonomi dan salah menangani kebijakan luar negeri negara itu, memaksa Khan keluar dari jabatannya dalam mosi tidak percaya. [CNN]