Rabu, 05 November 2025
Beranda / Berita / Dunia / Krisis Iklim Memburuk, PBB Sebut Kurangnya Kemauan Politik Hambat Aksi Global

Krisis Iklim Memburuk, PBB Sebut Kurangnya Kemauan Politik Hambat Aksi Global

Rabu, 05 November 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi perubahan iklim, krisis iklim. [Foto: Shutterstock/Piyaset]


DIALEKSIS.COM | AS - Dunia kembali gagal menunjukkan langkah besar dalam melawan perubahan iklim. Menurut laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), rencana baru negara-negara di dunia “hampir tidak memberikan dampak positif” terhadap upaya menahan laju pemanasan global.

Laporan yang dirilis Program Lingkungan PBB (UNEP) itu menyoroti lemahnya komitmen global, terutama setelah Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian Paris. Keputusan tersebut, menurut PBB, memperlambat kemajuan pengurangan emisi karbon di tingkat internasional.

“Setiap sepersepuluh derajat memiliki konsekuensi bagi masyarakat dan ekosistem di seluruh dunia,” ujar Adelle Thomas, wakil ketua panel ilmiah PBB. “Itu berarti lebih banyak gelombang panas, rusaknya terumbu karang, dan kenaikan permukaan laut.”

Rencana iklim terbaru, yang diwajibkan setiap lima tahun berdasarkan Perjanjian Paris 2015, hanya mampu memangkas sekitar 0,3 derajat Celsius dari proyeksi pemanasan global sebelumnya. Namun, kebijakan era pemerintahan Trump justru menambah sekitar 0,1 derajat Celsius terhadap pemanasan global.

Secara keseluruhan, Bumi kini menuju pemanasan antara 2,3 hingga 2,5 derajat Celsius, jauh di atas target 1,5 derajat yang disepakati secara internasional. Jika kebijakan saat ini berlanjut, suhu global bahkan bisa naik hingga 2,8 derajat Celsius pada akhir abad ini.

Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen menegaskan bahwa meski ada kemajuan, dunia masih bergerak terlalu lambat.

“Kita memang sudah maju, tapi belum cukup cepat,” katanya kepada Associated Press yang dilansir pada Rabu (5/11/2025).

Untuk kembali ke jalur target, dunia harus mengurangi tambahan 2 miliar ton emisi karbon dioksida per tahun, atau memangkas total emisi global dari 57,7 miliar ton menjadi sekitar 33 miliar ton per tahun.

CEO Climate Analytics Bill Hare menilai laporan ini mencerminkan “kurangnya kemauan politik” dari banyak negara.

Perundingan iklim berikutnya akan digelar di Belem, Brasil, dengan harapan ada komitmen baru yang lebih kuat dalam menahan pemanasan global agar tidak melampaui ambang batas berbahaya. [AP]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI