kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Lawatan Delegasi Taliban ke Norwegia Bahas Kemanusian

Lawatan Delegasi Taliban ke Norwegia Bahas Kemanusian

Minggu, 23 Januari 2022 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

(Foto: AFP/KARIM JAAFAR)


DIALEKSIS.COM | Dunia - Delegasi Taliban dikabarkan akan bertolak ke Norwegia untuk menggelar pembicaraan dengan sejumlah perwakilan negara Barat terkait bantuan kemanusiaan bagi warga Afghanistan.

Lawatan ke Norwegia ini merupakan kunjungan pertama perwakilan Taliban ke negara Barat setelah mengambil alih pemerintahan Afghanistan sejak Agustus 2021 lalu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan di rezim Taliban, Abdul Qahar Balkhi, mengunggah sejumlah foto delegasi Taliban saat menaiki jet pribadi mewah menuju Ibu Kota Oslo.

"Delegasi Emirat Islam Afghanistan (IEA) yang dipimpin Menlu Mawlawi Amir Khan Muttaqi terbang menuju Norwegia dengan penerbangan khusus di mana akan digelar pembicaraan bersama perwakilan dari berbagai negara lain terkait bantuan kemanusiaan, politik, pendidikan, dan masalah ekonomi lainnya," bunyi kicauan Balkhi pada Sabtu (22/1).

Pemerintah Norwegia membenarkan bahwa pihaknya telah mengundang delegasi Taliban ke Oslo dari 23-25 Januari. Namun, Menteri Luar Negeri Norwegia, Anniken Huitfeldt, menegaskan undangan tersebut bukan merupakan bentuk pengakuan terhadap pemerintahan Taliban.

"Pertemuan ini bukan merupakan sebuah legitimasi atau pengakuan terhadap Taliban. Tapi kita harus berbicara dengan otoritas yang berkuasa di Afghanistan," kata Huitfeldt seperti dikutip Reuters.

"Kami tidak bisa membiarkan situasi politik memperburuk bencana kemanusiaan yang terus menimpa warga Afghanistan," paparnya menambahkan.

Norwegia memastikan pihaknya tak hanya mengundang Taliban, tetapi juga akan bertemu dengan warga Afghanistan lainnya dengan latar belakang dari berbagai bidang, termasuk pemimpin perempuan, jurnalis, pegiat HAM, terkait isu kemanusiaan, ekonomi, sosial, hingga politik.

Jutaan warga Afghanistan memang terus terperosok ke dalam kemiskinan hingga kelaparan sejak Taliban berkuasa lagi. Hingga kini, Taliban belum mendapat pengakuan internasional sebagai pemerintahan sah Afghanistan.

Rezim Taliban juga dikabarkan sedang menuju kebangkrutan lantaran uang kas negara sudah semakin menipis. Sebab, sejak Taliban berkuasa, hampir seluruh negara, terutama Barat, memutus relasi dengan Afghanistan dan menghentikan berbagai aliran bantuan.

Berbagai aset Afghanistan yang diparkir di luar negeri seperti di bank sentral Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa juga ikut dibekukan. Krisis yang kini menimpa Afghanistan membuat masyarakat Afghanistan kian terpuruk, terutama kalangan kelas menengah ke bawah. Tak sedikit orang tua terpaksa menjual anak mereka demi mendapatkan uang.

Setidaknya 23 juta warga di Afghanistan mengalami kelaparan ekstrem, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebanyak satu juta anak di bawah 5 tahun juga terancam meninggal dunia karena kelaparan.

Kondisi yang sangat parah itu membuat beberapa rumah sakit, yang tak memiliki dana untuk membeli bahan bakar, terpaksa menebang pohon demi menghangatkan kamar pasien. Beberapa kelompok bantuan juga memperingatkan situasi ini akan semakin parah jika komunitas internasional tak bertindak.

Di Rumah Sakit Provinsi Ghor, hampir 100 ibu dan anak datang tiap harinya untuk melakukan pengobatan malnutrisi. Mereka juga mencari pengobatan terhadap penyakit seperti campak, diare, batuk, dan pilek [cnnindonesia.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda