kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / MbS: Melangkah Mengubah Saudi dari Wahabi ke Perubahan Progresif

MbS: Melangkah Mengubah Saudi dari Wahabi ke Perubahan Progresif

Kamis, 29 Februari 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pangeran MbS bikin aturan baru saat Ramadan di Saudi. (REUTERS/Handout)


DIALEKSIS.COM | Arab Saudi - Pangeran Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), terus mendapat sorotan karena kebijakannya yang kontroversial. Salah satu perubahan yang diusungnya adalah upaya untuk melemahkan pengaruh aliran Wahabi dalam masyarakat Saudi.

Aliran Wahabi, yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, dikenal sebagai salah satu ajaran 'pemurnian' Islam. Intinya adalah kembali kepada ajaran langsung dari Al Quran-hadis, dengan tujuan memurnikan praktik Islam sesuai dengan zaman Nabi Muhammad dan tiga generasi setelahnya. Istilah yang sering disematkan untuk kelompok-kelompok yang menganut ajaran 'pemurnian' Islam adalah Salafi.

Salah satu ajaran 'pemurnian' yang dianut oleh Wahabi, dan juga termasuk dalam aliran Salafi, adalah perumahan perempuan dan menganggap suara perempuan sebagai aurat. Para pengamat mengkritik ajaran Wahabi sebagai ajaran yang ketat dan menolak inovasi karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam atau bid'ah.

Dalam rangka untuk melemahkan pengaruh Salafi dan Wahabi, MbS melakukan serangkaian langkah sebagai berikut:

Izin bagi perempuan untuk tidak mengenakan jilbab:

MbS telah mengumumkan bahwa perempuan di Arab Saudi diperbolehkan untuk tidak mengenakan jilbab dan dilarang menggunakan abaya saat ujian sekolah. Pernyataan ini telah dikeluarkan sejak tahun 2018 dengan penekanan bahwa keputusan tentang jenis pakaian yang layak dan terhormat sepenuhnya terserah pada perempuan.

Larangan penggunaan abaya di sekolah:

Pada Desember 2022, pemerintah Saudi melarang perempuan untuk mengenakan abaya saat ujian di sekolah. Kebijakan ini dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Komisi Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Saudi (ETEC) dengan tujuan untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian.

Partisipasi perempuan dalam militer:

Pada Februari 2021, pemerintah Saudi membuka pendaftaran bagi perempuan untuk bergabung dalam Angkatan Bersenjata. Kelulusan pertama tentara perempuan dari Pusat Pelatihan pada September 2021 dianggap sebagai langkah penting dalam upaya reformasi untuk memberdayakan perempuan.

Perubahan hukum terkait kehidupan perempuan:

Pada awal 2021, Arab Saudi mengizinkan perempuan di atas 18 tahun untuk mengubah nama mereka tanpa izin dari wali, serta tinggal sendiri tanpa wali. Pada tahun 2019, pembatasan perjalanan bagi perempuan di atas 21 tahun dicabut, memungkinkan mereka untuk mengajukan paspor dan bepergian dengan bebas.

Izin bagi perempuan untuk mengemudi:

Pada tahun 2017, Arab Saudi mengakhiri kebijakan kontroversial dengan mengizinkan perempuan untuk mengemudi mobil.

Namun, upaya reformasi ini juga diiringi dengan penangkapan terhadap ulama dan individu yang mengkritik kebijakan pemerintah. Penangkapan ulama terkenal seperti Sheikh Saleh Al-Talib dan Salman Al-Awdah menunjukkan bahwa upaya reformasi ini tidak terlepas dari kontroversi dan perlawanan.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda