Jum`at, 23 Mei 2025
Beranda / Berita / Dunia / Menag Nasaruddin Umar Sampaikan Gagasan Moderasi Beragama dan Ekoteologi di Georgetown University

Menag Nasaruddin Umar Sampaikan Gagasan Moderasi Beragama dan Ekoteologi di Georgetown University

Kamis, 22 Mei 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Menag Nasaruddin menyampaikan gagasannya di Georgetown University, Washington. [Foto: Humas Kemenag]


DIALEKSIS.COM | AS - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan visi Indonesia sebagai model dialog antaragama, perdamaian, dan keadilan sosial. Hal ini disampaikan Menag Nasaruddin dalam sebuah forum internasional di Georgetown University yang diselenggarakan oleh School of Foreign Service Institute for the Study of Diplomacy dan Alwaleed Center for Muslim-Christian Understanding di Washington, Amerika Serikat, Selasa (20/5/2025).

Forum yang dimoderatori oleh Dr. Nader Hashemi ini juga turut menghadirkan Dr.Kevin W. Fogg, seorang cendekiawan Islam di Asia Tenggara dan Wakil Direktur Carolina Asia Center di University of North Carolina di Chapel Hill.

Indonesia: Laboratorium Keberagaman

Menag menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan keragaman luar biasa -- lebih dari 700 bahasa, 1.300 suku bangsa, enam agama resmi, dan ratusan kepercayaan lokal. Dalam konteks ini, agama tidak hanya menjadi identitas spiritual, tetapi juga elemen penting dalam menjaga kohesi sosial dan stabilitas politik.

“Tidak ada kebijakan strategis di Indonesia yang diambil tanpa mempertimbangkan nilai-nilai agama,” ujar Nasaruddin yang juga pernah menempuh studi post-doktoral di Georgetown University,

Ia menegaskan bahwa kebebasan beragama dijamin konstitusi, namun harus dijalankan dengan tanggung jawab dan penghormatan terhadap hak orang lain. Ini adalah wujud moderasi beragama di Indonesia.

Curriculum of Love: Toleransi sebagai Fondasi

Salah satu program prioritas Kementerian Agama di bawah kepemimpinan Nasaruddin adalah Curriculum of Love, yaitu kurikulum berbasis cinta kasih yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman dalam sistem pendidikan.

“Kami menanamkan bahwa menjadi orang beragama berarti menjadi warga negara yang baik. Toleransi bukan berarti menyamakan semua agama, melainkan menghormati perbedaan dan membiarkan setiap orang menjalankan keyakinannya dengan bebas,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya merawat tradisi lokal sebagai bagian dari ekspresi keberagamaan yang hidup dan dinamis.

Kesetaraan Gender sebagai Agenda Nasional

Dalam forum tersebut, Nasaruddin juga menggarisbawahi komitmen Indonesia dalam mendorong kesetaraan gender. Menurutnya, pendekatan berbasis agama telah berhasil membuka akses pendidikan dan partisipasi politik yang lebih luas bagi perempuan.

“Di Indonesia, tidak kurang dari 25 persen lembaga pendidikan dijalankan oleh organisasi keagamaan. Mereka menjadi garda depan dalam pemberdayaan perempuan,” kata Nasaruddin. Ia menyebut gerakan perempuan di Indonesia sebagai salah satu yang paling berhasil dalam dunia Islam.

Ekoteologi:Ekoteologi Iman yang Ramah Lingkungan

Menag juga memperkenalkan konsep ekoteologi, yakni pendekatan keagamaan yang menempatkan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari ibadah. Dalam pandangannya, penyebab utama krisis lingkungan global bukan hanya teknologi, melainkan cara pandang manusia terhadap dirinya dan alam semesta.

“Menanam pohon adalah ibadah ekologis. Itu bentuk nyata dari cinta kepada Tuhan dan ciptaan-Nya,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa Kementerian Agama telah menggagas gerakan penanaman pohon di lingkungan sekolah, kantor, dan rumah ibadah untuk membangun kesadaran ekologis kolektif.

Gerakan ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan karakter, khususnya bagi siswa madrasah dan santri, agar mencintai lingkungan sejak dini.

Menguatkan Dialog Abrahamik

Mengakhiri pidatonya, Nasaruddin mengutip Surat Al-Baqarah ayat 62 yang menjelaskan bahwa keselamatan dan kebahagiaan tidak hanya eksklusif bagi umat Islam, melainkan juga berlaku bagi mereka yang beriman kepada Tuhan dan berbuat baik, termasuk kaum Yahudi, Kristen, dan Sabiin.

“Kita semua adalah pewaris agama Abrahamik. Mari bekerja sama menjadikan dunia ini lebih baik,” tutupnya.

Dalam forum yang dihadiri berbagai tokoh lintas agama dan budaya itu, pesan yang dibawa Menag RI menjadi cerminan kontribusi Indonesia dalam mengangkat nilai-nilai moderasi, keberagaman, dan keberlanjutan ke pentas global. [*]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
hardiknas