kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / NATO Telah Berubah Menjadi Aliansi Perang

NATO Telah Berubah Menjadi Aliansi Perang

Minggu, 07 Juli 2024 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Perdana Menteri Hongaria Viktor. Foto: lemonde.fr


DIALEKSIS.COM | Budapest - Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban melancarkan kritik tajam terhadap NATO, menuduh aliansi militer tersebut telah mengubah arah dari misi perdamaian menjadi penghasut perang. Dalam opininya yang dimuat Newsweek, Jumat (5/7), Orban menyoroti pergeseran signifikan dalam agenda NATO sejak Hongaria bergabung 25 tahun lalu.

"NATO yang kami ikuti dulu adalah proyek perdamaian dan aliansi militer untuk pertahanan," tulis Orban. "Namun kini, agendanya bukan lagi perdamaian, melainkan perang; alih-alih bertahan, justru menyerang."

Kritik Orban muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara NATO dan Rusia terkait konflik di Ukraina. Pemimpin Hongaria itu memperingatkan bahwa sikap agresif beberapa anggota NATO dapat menjadi "ramalan yang menjadi kenyataan", merujuk pada wacana pengiriman pasukan ke Ukraina yang dilontarkan Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa waktu lalu.

Sehari sebelum opininya terbit, Orban melakukan kunjungan mendadak ke Moskow dan bertemu Presiden Vladimir Putin. Kantor PM Hongaria menyebut kunjungan itu sebagai "misi penjaga perdamaian". Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin membahas kemungkinan penyelesaian damai konflik Ukraina.

"Kami telah mengambil langkah paling penting—menjalin kontak," ujar Orban usai pertemuan, meski mengakui posisi Moskow dan Kyiv masih "berjauhan".

Sebelumnya, Orban juga berkunjung ke Kyiv dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky. Dalam kunjungan itu, ia menganjurkan gencatan senjata dan negosiasi segera.

Melalui opininya, Orban menegaskan bahwa Hongaria tetap berkomitmen pada NATO, termasuk dalam hal pemenuhan target belanja pertahanan. Namun, ia memperingatkan bahwa jika NATO tidak mengubah taktiknya, aliansi itu bisa melakukan "bunuh diri".

Sikap kritis Orban terhadap NATO mencerminkan posisi uniknya sebagai pemimpin negara anggota yang vokal mengkritik keterlibatan Barat dalam konflik Rusia-Ukraina. Di tengah meningkatnya tensi, peran Orban sebagai jembatan antara Barat dan Timur menjadi semakin penting dalam upaya mencari resolusi damai.


Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda