kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Pengerahan Senjata Nuklir Rusia ke Belarusia, Bentuk Teror?

Pengerahan Senjata Nuklir Rusia ke Belarusia, Bentuk Teror?

Jum`at, 25 Agustus 2023 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan senjata nuklir taktis pertama yang disimpan di Belarusia telah tiba. Foto/Ilustrasi


DIALEKSIS.COM | Dunia - Pengerahan senjata nuklir Rusia ke Belarusia ditanggapi sebagai ancaman nyata oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir taktis adalah nyata.

Pernyataan ini dikeluarkan Biden beberapa hari setelah dirinya mengecam pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarusia. Pada hari Sabtu, Biden menyebut pengumuman Putin bahwa Rusia telah mengerahkan senjata nuklir taktis pertamanya ke Belarusia sama sekali tidak bertanggung jawab.

"Ketika saya berada di sini sekitar dua tahun lalu mengatakan saya khawatir sungai Colorado mengering, semua orang memandang saya seperti saya gila," kata Biden kepada sekelompok donor di California. "Mereka menatap saya seperti ketika saya mengatakan saya khawatir Putin menggunakan senjata nuklir taktis. Itu nyata," ujar Biden seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/6/2023).

Hadirnya senjata nuklir di negara sekutu Rusia itu dibenarkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Dia mengatakan, pekan lalu negaranya telah mulai menerima pengiriman senjata nuklir taktis Rusia, beberapa di antaranya disebutkan tiga kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Tindakan tersebut adalah langkah pertama Rusia dalam hal pengerahan hulu ledak semacam itu - senjata nuklir jarak pendek yang tak begitu kuat yang dapat digunakan di medan perang - di luar Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet.

Amerika sendiri menyatakan tidak berniat mengubah pendiriannya pada senjata nuklir strategis sebagai tanggapan atas pengerahan tersebut. AS pun belum melihat tanda-tanda bahwa Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir.

Sebelumnya, Rusia menepis kritik Biden atas rencana negara itu untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarusia, dengan mengatakan bahwa AS telah mengerahkan senjata nuklir semacam itu selama beberapa dekade di Eropa. Pengerahan senjata nuklir oleh Rusia diawasi ketat oleh Amerika dan sekutunya serta oleh China, yang telah berulang kali memperingatkan terhadap penggunaan senjata nuklir dalam perang di Ukraina.

Putin Blak-blakan, Nuklir di Belarusia Peringatan bagi Barat

Presiden Rusia Vladimir Putin secara tegas mengatakan bahwa pengerahan senjata nuklir taktis ke Belarusia adalah pengingat bagi Barat. Berbicara di forum ekonomi utama Rusia di St Petersburg, Putin membenarkan bahwa hulu ledak nuklir taktis Rusia telah dikirim ke sekutu dekatnya, Belarusia.

Namun, Putin pun menekankan bahwa Rusia tidak melihat perlunya menggunakan senjata nuklir untuk saat ini. "Seperti yang Anda ketahui, kami sedang bernegosiasi dengan sekutu kami, (Presiden Belarusia - Alexander) Lukashenko, bahwa kami akan memindahkan sebagian dari senjata nuklir taktis ini ke wilayah Belarusia - ini telah terjadi," kata Putin, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/6/2023).

"Nuklir pertama telah dikirim ke wilayah Belarusia. Tapi hanya bagian pertama. Kami akan melakukan pekerjaan ini sepenuhnya pada akhir musim panas atau akhir tahun," lanjutnya. Putin menegaskan bahwa pengerahan hulu ledak nuklir pertama Moskow ke luar wilayah Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet dimaksudkan sebagai peringatan ke Barat yang terus mempersenjatai dan mendukung Ukraina.

Dia menambahkan, langkah itu sebagai elemen pencegahan agar semua orang yang berpikir untuk menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia. "Senjata nuklir telah dibuat untuk memastikan keamanan kami dalam arti luas dan keberadaan negara Rusia,” tegasnya.

Sementara Lukashenko, sekutu setia Putin, mengatakan pada Selasa malam bahwa negaranya telah mulai menerima pengiriman senjata nuklir taktis Rusia yang tiga kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan AS di Jepang pada tahun 1945.

Pemimpin Rusia itu mengumumkan pada bulan Maret lalu bahwa dia telah setuju untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Sebagai pembenaran, Putin merujuk pada penyebaran senjata semacam itu oleh AS di sejumlah negara Eropa selama beberapa dekade.

Ini Respons NATO Atas Keberadaan Bom Nuklir Rusia di Belarusia

Rusia menegaskan bahwa pengerahan bom nuklir taktis ke Belarusia telah dilaksanakan. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutkan bahwa hal itu menjadi peringatan bagi Barat mengenai konsekuensi kekalahan strategis Moskow dalam perang Ukraina.

"Hulu ledak nuklir pertama dikirim ke wilayah Belarusia. Tapi hanya yang pertama, bagian pertama. Tapi kami akan melakukan pekerjaan ini sepenuhnya pada akhir musim panas atau akhir tahun," katanya dalam Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, Jumat, yang dilansir VoA News, Sabtu (17/6/2023).

Penyebaran senjata nuklir Moskow ke luar Rusia - yang pertama kali sejak runtuhnya Uni Soviet - terlaksana lebih awal dari jadwal yang diumumkan Putin sebelumnya, yakni 7 Juli. Putin pertama kali mengatakan pada bulan Maret bahwa Rusia berencana untuk memindahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, yang menjadi landasan peluncuran invasi negara itu ke Ukraina lebih dari setahun yang lalu.

Putin juga membandingkan langkahnya dengan penyebaran senjata nuklir Amerika Serikat (AS) di berbagai negara Eropa selama bertahun-tahun. Dalam forum ekonomi tersebut, Putin mengatakan langkah itu dimaksudkan untuk mengirim pesan ke negara mana pun untuk berpikir ulang jika ingin menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia.

Bahkan, Putin secara eksplisit menyindir AS yang terus mendukung dan memasok senjata dan peralatan tempur ke Ukraina.

"Mengapa kita harus mengancam seluruh dunia?" Putin menjawab ketika ditanya tentang kemungkinan penggunaan senjata tersebut. "Saya telah mengatakan bahwa penggunaan tindakan ekstrem dimungkinkan jika ada bahaya bagi kenegaraan Rusia," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Jumat mengatakan tidak ada indikasi bahwa Rusia sedang mempersiapkan untuk benar-benar menggunakan senjata nuklir. Sedangkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, meski pihaknya telah melihat beberapa persiapan dari Rusia, belum ada perubahan yang dicatat dalam postur nuklir Rusia. "Ini adalah bagian dari pesan nuklir dan retorika nuklir yang telah kita lihat selama beberapa waktu, bagian dari pola yang telah kita lihat selama beberapa tahun," kata Stoltenberg.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pun telah mengakui bahwa pada Selasa lalu, negaranya telah mulai menerima pengiriman hulu ledak nuklir pertama dari Rusia. Beberapa di antaranya, jelas dia, memiliki kekuatan lebih dari tiga kali bom atom yang dijatuhkan AS di Jepang pada tahun 1945.

Belarusia Tidak Akan Ragu Gunakan Senjata Nuklir Jika Diserang

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir taktis yang ditempatkan Rusia di negara itu, jika mereka diserang. Lukashenko mengatakan bahwa Minsk siap menjadi tuan rumah senjata nuklir Rusia, beberapa hari setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan senjata itu akan dikirimkan pada 7-8 Juli.

"Semuanya sudah siap. Saya pikir kami akan mendapatkan apa yang kami minta dalam beberapa hari, dan bahkan sedikit lagi," katanya dalam komentar yang dikutip oleh kantor berita Belta seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (14/6/2023).

Lukashenko mengeluarkan peringatan bahwa dirinya tidak akan ragu menggunakan senjata pemusnah itu sebagai tanggapan terhadap calon agresor. "Mengapa kita membutuhkan mereka? Untuk memastikan tidak ada satu pun tentara asing yang menginjakkan kaki di tanah Belarusia lagi," tegasnya.

Namun, Lukashenko menegaskan bahwa pihaknya berharap tidak harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata maut ini. Akan tetapi, dia memastikan, tidak ada keraguan bahwa senjata nuklir itu akan dikerahkan jika terjadi agresi terhadap negaranya.

Penempatan senjata nuklir taktis di luar Rusia ini menjadi yang pertama kalinya sejak runtuhnya Uni Soviet. Hal itu disebutkan berkenaan dengan ancaman terhadap keselamatan Rusia, dikaitkan dengan perang Ukraina yang didukung aliansi NATO yang terus memasok peralatan tempur ke Kiev dalam perang proksi dengan Moskow.

Pada bulan Maret, Putin mengumumkan keputusan untuk memindahkan senjata nuklir ke Belarusia, yang menjadi landasan peluncuran untuk operasi militer khusus Moskow di Ukraina. Langkah itu juga dinilai hanya menyamai tindakan yang sama oleh Amerika Serikat (AS) yang menyebarkan senjata nuklir di negara-negara Eropa sekutunya.

Perang di Ukraina telah menyebabkan apa yang dikatakan sebagai hubungan yang paling tegang antara dua negara nuklir terkuat, Rusia dan AS, sejak Perang Dingin.

Kendati mengutuk rencana Moskow, AS menyatakan tidak berniat mengubah kebijakannya terhadap senjata nuklir strategis. AS pun menilai tak ada melihat tanda-tanda bahwa Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Meski saat ini hanya menampung senjata nuklir taktis jarak pendek, Lukashenko mengatakan bahwa Minsk juga bekerja untuk memastikan fasilitas di Belarusia dapat menampung senjata nuklir strategis jarak jauh. Tapi, imbuh dia, belum ada kebutuhan mendesak untuk itu dan Moskow pun belum berbicara tentang penyediaan senjata jenis itu di Belarusia. [sindonews.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda