kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Penjualan Minyak Mentah Iran Tetap Tinggi, Walau Ada Efek Perang Ukraina-Rusia

Penjualan Minyak Mentah Iran Tetap Tinggi, Walau Ada Efek Perang Ukraina-Rusia

Sabtu, 11 Juni 2022 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi Minyak mentah dan turunannya. [Foto: Fauzan Kamil/Infografis detikcom]


DIALEKSIS.COM | Teheran - Iran mengatakan penjualan minyaknya tetap pada tingkat yang relatif tinggi meskipun ada perubahan yang disebabkan perang Ukraina dan sanksi Amerika Serikat yang terus berlanjut.

Iran sekarang mengekspor lebih dari satu juta barel minyak mentah dan kondensat gas per hari, menurut data kementerian perminyakan yang dikutip oleh kantor berita IRNA yang dikelola negara dan surat kabar harian pemerintah.

Secara keseluruhan, outlet mengatakan Iran telah menjual 40 persen lebih banyak minyak mentah, turunan minyak, gas alam dan kondensat gas dalam dua bulan pertama tahun 2022 yang berakhir pada 21 Mei dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pejabat senior dalam pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi telah berulang kali mengatakan penjualan minyak di bulan-bulan awal kepresidenannya telah melonjak 40 persen sementara menahan diri untuk tidak mempublikasikan angka rinci karena negara itu tetap berada di bawah sanksi ketat AS.

Akan tetapi, menerima hasil dari penjualan minyak mentah dan produk lainnya telah menjadi masalah lain yang cukup besar bagi Iran sejak mantan Presiden AS Donald Trump memulai kampanye sanksi “tekanan maksimum” pada 2018 setelah meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015.

Secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), kesepakatan penting yang dicapai antara Iran dan kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat, bertujuan untuk mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi.

Tetapi penerus Trump, Joe Biden, yang telah berjanji untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, telah melanjutkan sanksi.

Penjualan minyak yang signifikan naik telah menutupi defisit anggaran Iran tahun sebelumnya, dan memungkinkan pemerintahan Raisi untuk menjalankan negara tanpa meminjam dari bank sentral, sebuah praktik yang telah menjadi pendorong utama inflasi yang tidak terkendali di seluruh dunia. [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda