Minggu, 10 Agustus 2025
Beranda / Berita / Dunia / Peringati ASEAN Day, Menlu Sugiono Serukan ASEAN yang Damai, Resilien, dan Berorientasi Rakyat

Peringati ASEAN Day, Menlu Sugiono Serukan ASEAN yang Damai, Resilien, dan Berorientasi Rakyat

Sabtu, 09 Agustus 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Menteri Luar Negeri RI Sugiono menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong ASEAN menjadi kawasan yang damai, tangguh, inovatif, dan berorientasi pada masyarakat. [Foto: Refi/Humas Kemlu]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Sugiono menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong ASEAN menjadi kawasan yang damai, tangguh, inovatif, dan berorientasi pada masyarakat. Hal ini disampaikan Menlu Sugiono yang hadir mewakili Presiden RI Prabowo Subianto dalam peringatan 58 Tahun ASEAN (ASEAN Day) di Markas Besar ASEAN, Jakarta pada Jumat (8/8/2025).

Menlu Sugiono menekankan bahwa perayaan ini lebih dari sekadar seremoni, tetapi momentum untuk memastikan ASEAN Vision 2045 benar-benar diwujudkan. 

“Rakyat kita menginginkan dampak, bukan sekadar rencana. Hasil nyata, bukan hanya deklarasi. ASEAN Vision 2045 harus diimplementasikan penuh dengan komitmen dan dukungan politik yang kuat” tegas Menlu Sugiono.

Menlu Sugiono mengangkat tiga hal untuk memastikan ASEAN tetap relevan: peningkatan kapasitas kelembagaan untuk merespons krisis, penguatan integrasi ekonomi dan transformasi digital, serta kapabilitas untuk mengatasi ancaman transnasional seperti perdagangan manusia dan perubahan iklim secara kolektif.

Namun demikian, Menlu Sugiono menegaskan bahwa persatuan adalah kunci kekuatan ASEAN di tengah rivalitas geopolitik saat ini.

“Perbedaan harus diselesaikan melalui diplomasi dan dialog,” ujar Menlu Sugiono.

Menlu Sugiono juga menekankan perlunya menjaga sentralitas ASEAN sebagai prinsip utama, memperkuat peran sebagai penghubung dan wadah dialog, dengan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) sebagai panduan.

Dalam konteks geopolitik, secara khusus Menlu Sugiono menyoroti tragedi kemanusiaan di Gaza sebagai salah satu yang terburuk di era modern. 

“ASEAN tidak boleh diam. Kita harus bersuara dengan suara moral: hentikan kekerasan, buka akses kemanusiaan, dan wujudkan perdamaian adil berbasis solusi dua negara,” pungkas Menlu Sugiono.

Dalam momentum perayaan 58 tahun ASEAN ini, Menlu Sugiono juga menekankan kembali komitmen Indonesia untuk mendukung penguatan infrastruktur ASEAN, termasuk melalui revitalisasi Gedung Warisan ASEAN, pendirian Museum dan Perpustakaan ASEAN, serta pengembangan kawasan Markas Besar ASEAN sebagai pusat diplomasi, budaya, dan ide.

Menutup pernyataannya, Menlu Sugiono mengajak seluruh negara anggota untuk menjaga nilai-nilai ASEAN yang memilih dialog di atas konfrontasi, kerja sama di atas kompetisi, dan persatuan di atas perpecahan.

“Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Indonesia akan terus berjalan bersama ASEAN, dengan kepercayaan, tujuan, dan tekad,” tutup Menlu Sugiono.

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima negara pendiri, termasuk Indonesia, melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok. Indonesia menjadi salah satu motor utama pembentukan ASEAN dan hingga kini berperan penting dalam menjaga persatuan, mendorong sentralitas, serta memfasilitasi dialog kawasan melalui Markas Besar ASEAN yang berada di Jakarta sejak 1976. 

Saat ini ASEAN beranggotakan 10 negara dan tengah memproses keanggotaan penuh Timor-Leste yang akan secara resmi bergabung pada KTT ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur.[*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI