Presiden Amerika Serikat Setuju Jual Bom Canggih ke Israel
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, diam-diam setuju menjual senjata berupa bom canggih senilai US$735 juta (sekitar Rp10.5 triliun) kepada Israel.
Dilansir Reuters, Selasa (18/5), seorang sumber di Kongres AS mengatakan senjata yang dijual ke Israel itu adalah jenis peluru kendali pandu terarah.
Menurut tiga staf ahli anggota Kongres AS, atasan mereka sudah diberitahu soal rencana penjualan persenjataan kepada Israel pada 5 Mei lalu. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari proses yang harus dilakukan sebelum penjualan itu disetujui Kongres.
Surat kabar The Washington Post yang pertama kali mengungkap rencana penjualan senjata canggih ke Israel itu.
Menurut laporan itu, pemerintah AS memberitahu Kongres tentang rencana penjualan senjata canggih itu ke Israel pada April lalu. Kongres lantas mempunyai waktu selama 15 hari untuk memutuskan apakah setuju atau tidak dengan rencana penjualan senjata itu.
Senjata canggih yang akan dijual AS adalah jenis Amunisi Serang Langsung Gabungan (JDAM) buatan Boeing. Perangkat itu bisa mengubah bom yang mulanya tidak berpemandu yang diluncurkan dari pesawat tempur atau pesawat pembom ringan menjadi bisa dikendalikan dengan menggunakan Alat Pemandu Global (GPS).
Nantinya perangkat itu bisa mengendalikan sirip yang berada bagian ekor bom untuk mencapai sasaran dengan tepat. Jika meleset pun selisih jaraknya maksimal hanya sejauh satu sampai dua meter.
Akan tetapi, rencana penjualan senjata mutakhir itu bisa memperburuk situasi di Israel saat ini, yang tengah memanas akibat saling serang dengan kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Lihat juga: Hamas Terus Kirim Rudal Serang Israel
Saat diminta konfirmasi, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan mereka tidak bisa memberikan komentar terkait hal itu karena dilarang menurut undang-undang federal.
"Kami tetap menyoroti kekerasan yang terjadi dan terus berupaya untuk menenangkan situasi," demikian kata juru bicara Kemenlu AS.
Baik fraksi Partai Demokrat atau Partai Republik di Kongres AS sama-sama mendukung Israel. Meskipun saat ini fraksi Demokrat mendesak pemerintahan Biden untuk bersikap lebih keras terhadap pemerintahan Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Meski Kongres AS diberi wewenang menolak menjual senjata canggih, tetapi dalam hal ini sepertinya hal itu tidak bakal terjadi. Sebab, selama ini Israel termasuk di antara segelintir negara dengan proses pembelian senjata dari AS yang dipercepat.
Bahkan masa untuk mengajukan penolakan Kongres akan ditutup sebelum mereka menerbitkan resolusi penolakan menjual senjata ke Israel.
Peperangan antara Israel dan Hamas meletus pada 10 Mei, beberapa hari sebelum Idulfitri. Alasan Hamas menggelar serangan roket adalah membalas sikap aparat keamanan Israel yang menghalangi dan menyerang warga Palestina yang tengah beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Selain itu, mereka juga membalas sikap pemukim ilegal Israel yang hendak mengusir para penduduk Palestina yang menetap di kawasan Sheikh Jarrah, sebelah timur Yerusalem.
Sedangkan Israel menyatakan membalas serangan Hamas dan berupaya melindungi penduduknya dari aksi teroris.
Sampai saat ini tercatat ada 212 penduduk Jalur Gaza, Palestina, meninggal akibat serangan Israel.
Dari jumlah korban meninggal itu, 61 orang adalah anak-anak dan 36 orang merupakan perempuan. Kemudian korban luka-luka saat ini mencapai lebih dari 1.400 orang.
Sementara itu korban jiwa di pihak Israel dalam peristiwa saling serang dengan Hamas mencapai sepuluh orang. Di antaranya adalah seorang perawat asal India, seorang anak berusia lima tahun dan seorang tentara.[CNN Indonesia]