kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Presiden AS Merespon Soal IKN, Berikut Alasannya!

Presiden AS Merespon Soal IKN, Berikut Alasannya!

Minggu, 10 Desember 2023 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden AS Joe Biden. Foto: Reuters/Jonathan Ernst/File Photo


DIALEKSIS.COM | Dunia - Pemindahan ibu kota negara (IKN) RI dari DKI Jakarta di Pulau Jawa ke Nusantara di Pulau Kalimantan sedang dilakukan pemerintah. Rupanya pemindahan IKN RI dari Pulau Jawa sempat disinggung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Dalam pidato sambutan di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 2021 lalu, Biden sempat mewanti-wanti ancaman besar bakal melanda Indonesia. Ia menyebut Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun ke depan, sehingga tepat jika IKN dipindahkan dari Jakarta.

Menurutnya perubahan iklim adalah ancaman terbesar akibat perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia. Perubahan iklim menyebabkan naiknya permukaan laut dan akan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan kehidupan.

"Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur," katanya dalam pidato itu sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov.

"Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" tambahnya.

Ucapan Biden ini bukan tanpa alasan. Badan Antariksa AS, NASA ,mengatakan, meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir dan juga luapan air laut yang semakin besar.

NASA mengatakan kenaikan laut global yang rata-rata sebesar 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan makin intens saat atmosfer memanas, akan menjadikan banjir sebagai "hal biasa". Sejak tahun 1990-an bahkan banjir besar telah terjadi di Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan 70% wilayah terendam.

NASA juga mengunggah gambar landsat yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade terakhir. Adanya pembabatan hutan dan vegetasi lain dengan permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang dapat diserap.

Ini menyebabkan adanya limpahan serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak orang yang memadati dataran banjir dengan resiko tinggi.

Hal ini kemudian diperparah oleh saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah. Sehingga sangat rentan terhadap luapan. [cnbcindonesia.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda