kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Rusia dan China Lolos Anggota Dewan HAM PBB, Arab Saudi Gagal

Rusia dan China Lolos Anggota Dewan HAM PBB, Arab Saudi Gagal

Rabu, 14 Oktober 2020 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

[Foto: Doc Tempo]


DIALEKSIS.COM | Jakarta -  Arab Saudi gagal dalam upaya menjadi anggota Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC) untuk periode tiga tahun mendatang dimulai pada 1 Januari.

China, Rusia, dan Kuba justru terpilih sebagai anggota UNHRC sehingga beberapa pihak mengkritiknya. Rusia dan Kuba melaju tanpa tantangan dalam pemilihan di Sidang Umum PBB untuk kursi UNHRC tersebut.

Saudi dan China bersaing ketat untuk empat posisi yang diperebutkan lima negara termasuk Pakistan, Usbekistan dan Nepal. Pakistan meraih 169 suara, Uzbekistan 164, Nepal 150, China 139 dan Arab Saudi 90 suara, menghentikan upaya Riyadh kembali menjadi anggota badan HAM tertinggi di PBB itu.

Sebanyak 15 negara terpilih dalam dewan dengan anggota 47 negara itu pada Selasa (13/10).

Human Rights Watch menyebut China dan Saudi sebagai dua pemerintah yang paling bermasalah dalam HAM. Lembaga itu juga menyebut berbagai kejahatan perang dalam perang Suriah yang menjadikan Rusia sebagai anggota dewan HAM yang bermasalah.

Para pakar menyatakan beberapa negara dengan catatan HAM yang dipertanyakan itu justru terpilih sehingga sistem untuk masuk UNHRC sangat perlu direformasi.

“Jelas tak ada cara mudah menghindari jenis kesepakatan belakang kamar sehingga hasilnya seperti ini. Tak ada bukti jelas bahwa negara-negara itu menjadikan catatan HAM sebagai pertimbangan saat mereka memilih,” kata dia.

Kevin Jon Heller, profesor hukum internasional di Universitas Copenhagen menyatakan, “Tentu ini sangat disesalkan bahwa negara-negara dengan catatan HAM mengerikan dapat terpilih ke dewan. Tapi itu biasa dalam birokrasi kacau PBB.”

Voting untuk kursi dewan HAM PBB itu menegaskan betapa rusak reputasi internasional Saudi dalam beberapa tahun terakhir. 

Para pengkritik sejak lama menyoroti catatan HAM Saudi. Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas Saudi memburu ratusan lawan politik, menahan belasan aktivis HAM wanita, dan terus melakukan eksekusi massal para tahanan. Protes publik, partai politik dan serikat buruh juga dilarang di Saudi.

Pelapor khusus PBB untuk pembunuhan ekstrayudisial Agnes Callamard yang menyelidiki pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi oleh para agen Saudi di Turki pada 2018 menyatakan ada bukti kredibel yang mengaitkan putra mahkota dengan pembunuhan itu sehingga harus diselidiki [sindonews].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda