Sedikitnya 78 Orang Tewas dalam Kegiatan Amal Ramadan di Yaman
Font: Ukuran: - +
Bentrokan, hanya beberapa hari sebelum Idul Fitri, memicu kemarahan nasional. [Foto: Ansar Allah Houthi Media via AP Photo]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Sedikitnya 78 orang tewas dalam bentrokan di sebuah sekolah di ibu kota Yaman, Sanaa, hanya beberapa hari menjelang festival Idul Fitri, menurut pejabat dan media Houthi.
Bnetrokan itu terjadi pada Rabu (19/4/2023) malam ketika ratusan orang memadati sebuah sekolah di Sanaa dengan harapan mendapatkan sumbangan amal sekitar $10 (Rp150 ribu) yang dibagikan oleh para pedagang untuk menandai hari-hari terakhir Ramadan.
Saksi Abdel-Rahman Ahmed dan Yahia Mohsen mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Houthi bersenjata telah menembak ke udara dalam upaya pengendalian massa, tampaknya mengenai kabel listrik, yang akhirnya meledak dan menyebabkan kepanikan di antara mereka yang menunggu.
Rekaman yang disiarkan oleh saluran TV Al Masirah Houthi menunjukkan tubuh-tubuh yang berdesak-desakan, dengan orang-orang saling memanjat untuk mencoba melewatinya.
Foto terpisah yang dirilis oleh Houthi, yang menguasai ibu kota, menunjukkan noda darah, sepatu dan pakaian korban berserakan di tanah dengan penyelidik terlihat memeriksa daerah tersebut.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri yang dikendalikan Houthi Brig Abdel-Khaleq al-Aghri menggambarkan insiden itu peristiwa "tragis" dan menyalahkan "distribusi acak" dana tanpa koordinasi dengan otoritas lokal.
"Kedua pedagang yang menyelenggarakan acara tersebut telah ditahan dan penyelidikan sedang dilakukan," kata Brig Abdel-Khaleq al-Aghri.
Houthi mengumumkan bahwa mereka akan membayar sekitar $2.000 (Rp30 juta) sebagai kompensasi kepada setiap keluarga yang kehilangan seorang kerabat, sementara yang terluka akan mendapatkan sekitar $400 (Rp900 ribu).
Setidaknya 73 orang yang terluka dibawa ke Rumah Sakit al-Thowra di Sanaa, menurut wakil direktur rumah sakit Hamdan Bagheri, dengan keluarga bergegas ke rumah sakit untuk mencoba dan menemukan orang yang mereka cintai.
Mohammed Al Attab dari Al Jazeera, yang berada di Sanaa, mengatakan bencana itu telah "memicu kemarahan nasional".
Sanaa telah berada di bawah kendali Houthi sejak 2014 ketika mereka menggulingkan pemerintah negara yang diakui secara internasional. [Aljazeera]