Wabah Demam Babi Afrika Menyebar di 32 Provinsi
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Demam Babi Afrika. Foto: Getty Images/dusanpetkovic
DIALEKSIS.COM | Afrika - Penyebaran wabah demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) kini telah mencapai 32 provinsi di Indonesia. Penyakit yang pertama kali terdeteksi di Sumatera Utara pada 2019 ini telah menyebabkan kematian ribuan ternak babi, mendorong pemerintah membentuk satuan tugas khusus untuk mengendalikan penyebarannya.
"ASF merupakan penyakit yang hanya berdampak pada babi, tidak menular ke manusia atau tidak bersifat zoonosis," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Provinsi Jakarta, Suharini Eliawati, kepada wartawan.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa ASF adalah penyakit yang sangat mematikan bagi babi, baik domestik maupun babi hutan.
"Virus ASF memang tidak menular ke manusia dan tidak memengaruhi keamanan daging babi yang dikonsumsi. Namun, tentu menghindari mengonsumsi daging lebih aman dan disarankan," tuturnya.
Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menerangkan bahwa ASF disebabkan oleh virus dari genus Asfivirus dan famili Asfaviridae.
"Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian. ASF bukan penyakit zoonosis, melainkan penyakit yang khusus menyerang babi," jelasnya saat dihubungi, Selasa (17/12/2024).
Tingkat penularan ASF sangat tinggi dengan angka kematian mencapai 100 persen, yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi signifikan pada sektor peternakan babi. Virus ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, antara lain kontak langsung antarbabi, serangga, material pembawa (fomites) termasuk pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, dan pakan mentah yang terkontaminasi.
Perlu dicatat bahwa ASF berbeda dengan flu babi atau swine flu yang disebabkan virus H1N1. Meski keduanya menyerang babi, karakteristik dan dampaknya berbeda.