DIALEKSIS.COM | Jakarta - Nama Harjo Sutanto kembali mencuri perhatian publik setelah Wings Group, perusahaan yang ia dirikan bersama Johannes Ferdinand Katuari, resmi merambah pasar air minum dalam kemasan (AMDK) melalui produk baru bernama Aquviva.
Peluncuran Aquviva menandai langkah strategis Wings Group dalam memperluas portofolio bisnisnya. Produk ini mulai membanjiri pasar dalam waktu singkat, tersedia mulai dari toko modern hingga warung-warung kecil di berbagai daerah. Meskipun baru diperkenalkan belum genap setahun, Aquviva telah menunjukkan ekspansi distribusi yang agresif ke berbagai kota besar hingga pelosok desa di Indonesia.
Nama Aquviva sendiri diambil dari gabungan kata aqua (air) dan viva (hidup), yang secara harfiah dimaknai sebagai "air kehidupan". Filosofinya jelas menjadi air minum murni yang mendukung gaya hidup sehat masyarakat modern.
Aquviva hadir dalam tiga varian kemasan: 250 ml, 700 ml, dan 1.600 ml. Produk ini dijual dengan positioning sebagai air mineral berkualitas tinggi, ditopang oleh klaim teknologi pemurnian terkini.
Wings Group mengklaim Aquviva diproses dengan teknologi 7 tahap nano purifikasi, yang diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Teknologi ini dikembangkan untuk memastikan kemurnian optimal tanpa menghilangkan kandungan mineral alami yang bermanfaat. Selain itu, Aquviva memiliki pH seimbang di kisaran 7 hingga 8, yang diklaim dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu keunggulan lainnya adalah isi kemasannya yang 100 ml lebih banyak dibandingkan produk sejenis di kelasnya.
Masuknya Wings Group ke bisnis AMDK diprediksi bakal memanaskan persaingan pasar yang selama ini dikuasai oleh merek-merek besar seperti Aqua, Le Minerale, dan Cleo. Dengan kekuatan distribusi nasional dan anggaran promosi besar, Aquviva berpotensi menjadi penantang serius di industri ini.
Wings Group merupakan salah satu perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) terbesar di Indonesia yang berbasis di Surabaya. Perusahaan ini memproduksi beragam produk kebutuhan rumah tangga dari sabun, deterjen, makanan, minuman, hingga produk perawatan pribadi.
Di balik kesuksesan Wings Group, berdiri sosok Harjo Sutanto, pengusaha kelahiran 1926 di masa Hindia Belanda. Ia mengawali karier bisnisnya dari nol, berjualan sabun colek secara keliling dari rumah ke rumah di wilayah Jawa Timur.
Bersama mitranya, Johannes Ferdinand Katuari, Sutanto mendirikan perusahaan dengan nama awal Fa Wings pada 1949. Di tahun-tahun awal, mereka memproduksi sabun colek secara rumahan, dengan distribusi terbatas dari kampung ke kampung. Namun dengan ketekunan dan inovasi, sabun mereka diterima masyarakat dan menjadi batu loncatan bagi pengembangan produk baru.
Keberhasilan itu mendorong Wings mengembangkan deterjen krim, sebuah inovasi yang lebih ekonomis dibandingkan deterjen bubuk. Produk ini diterima luas karena dianggap lebih praktis oleh masyarakat, dan dalam waktu singkat menjadi kebutuhan pokok di banyak rumah tangga.
Nama Wings dipilih sebagai simbol dari kerja sama mereka yang saling melengkapi, seperti dua sayap yang mengangkat visi usaha lebih tinggi. Filosofi tersebut terbukti relevan hingga kini, ketika Wings Group menjelma menjadi salah satu raksasa industri nasional.
Tak hanya berhenti di produk kebersihan, Wings juga ekspansif di sektor makanan dan minuman. Perusahaan ini memproduksi berbagai merek mi instan, saus, kopi, dan minuman bubuk yang sangat dikenal di kalangan konsumen Indonesia.
Selain itu, Wings juga terjun ke sektor ritel melalui anak usahanya, PT Fajar Mitra Indah, yang mengelola jaringan minimarket Family Mart di Indonesia. Dengan kekuatan logistik dan jaringan distribusi nasional, produk Wings mudah ditemukan di hampir semua toko di pelosok negeri.
Menurut data Forbes, kekayaan Harjo Sutanto tercatat mencapai 530 juta dolar AS, atau setara dengan sekitar Rp 7,5 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.100). Forbes mencatat angka ini berdasarkan kepemilikan saham, informasi keuangan keluarga, dan data dari berbagai sumber seperti bursa saham dan analis industri.
Kekayaan Sutanto tidak hanya berasal dari satu lini bisnis, melainkan terdiversifikasi ke berbagai sektor di bawah payung Wings Group. Meski telah berusia hampir satu abad, warisan bisnisnya terus tumbuh dan mewarnai industri nasional.
Kini, dengan kehadiran Aquviva, Harjo Sutanto dan Wings Group kembali menunjukkan naluri bisnis yang tajam: membaca tren gaya hidup sehat, berinovasi dalam produk, dan mengeksekusi dengan sistem distribusi masif.
Langkah ini tidak hanya memperluas imperium bisnis mereka, tetapi juga mempertegas posisi Wings Group sebagai pemain utama di industri FMCG Indonesia.