DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sejumlah bank berencana menerbitkan obligasi. Ini terjadi saat tantangan likuiditas ketat masih menghantui industri.
Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Bank tersebut akan menerbitkan obligasi berwawasan sosial berkelanjutan I tahun 2025 dengan nilai Rp 5 triliun.
Penawaran umum akan dilakukan 24 Juni 2025 mendatang. Namun belum ada informasi jumlah obligasi dan imbal hasil yang ditawarkan.
BRI juga telah menyampaikan hasil dari penerbitan obligasi dalam prospektus yang dipublikasikan ke media massa. Rencananya untuk pembiayaan kembali proyek sosial, mulai dari infrastruktur dasar, akses terhadap layanan esensial, perumahan yang terjangkau, penciptaan lapangan kerja, dan program yang dirancang untuk mengurangi pengangguran, dan peningkatan dan pemberdayaan sosio-ekonomi.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga memiliki rencana yang sama dengan masa penawaran telah dimulai 12 Juni lalu hingga 23 Juni 2025 mendatang. Nilai pokok obligasi yang dierbitkan sebesar Rp 15 triliun.
Jumlah tetap pertama yang diterbitkan sebesar Rp 5 triliun. Namun belum jelas jumlah obligasi dan imbal hasil yang ditawarkan.
BNI mengatakan dana akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan baru atau yang sudah ada untuk kegiatan, termasuk terkait kegiatan usaha berwawasan lingkungan (KUBL) dan kegiatan usaha berwawasan sosial (KUBS).
Selain itu, Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) atau OCBC Indonesia juga menerbitkan obligasi dengan target dana Rp 8 triliun. Masa penawarannya telah berakhir 13 Juni yang dimulai sejak 3 Juni lalu.
Kembali belum jelas terkait jumlah obligasi dan imbal hasil yang ditawarkan. Pihak NISP mengatakan dana akan digunakan untuk modal pemberian kredit.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga berencana menerbitkan sukuk berkelanjutan seri II di semester I-2025 dengan perkiraan jumlahnya sekitar Rp 3 triliun yang bergantung pada permintaan pasar.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga berencana menerbitkan sukuk berkelanjutan seri II di semester I-2025. menjelaskan salah satu penyebab penerbitan obligasi karena pemenuhan kebutuhan likuiditas. Selain itu juga karena rencana strategis yang membutuhkan pendanaan dari penerbitan obligasi atau saham baru.
"Bila melihat kondisi sekarang ini, maka pemenuhan likuiditas bisa jadi adalah salah satu alasan utamanya," ujar Trioksa saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (12/6/2025). CNBC Indonesia