DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie Banda Aceh (Fokusgampi) menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Pemerintah Kota Banda Aceh yang sedang merevitalisasi kawasan Pasar Aceh Lama.
Menurut mereka, pembangunan ulang gedung yang telah lama menjadi pusat aktivitas perdagangan masyarakat itu adalah keputusan tepat demi kenyamanan, keamanan, dan kemajuan ekonomi kota.
Ketua Umum Fokusgampi, Muhammad Rafsanjani, menegaskan bahwa revitalisasi pasar tersebut merupakan kebutuhan mendesak.
"Pasar Aceh Lama itu sudah berusia lebih dari 40 tahun, kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Dengan tingkat kerusakan di atas 50 persen, jelas sangat berisiko bagi pedagang dan pengunjung. Kami menilai langkah pembongkaran dan pembangunan baru oleh Pemko Banda Aceh adalah pilihan terbaik,” ujarnya, Rabu (17/9/2025).
Ia menambahkan, Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi harus terus memperkuat posisinya sebagai kota perdagangan dan jasa.
Keberadaan pusat UMKM, kuliner, dan fasilitas pendukung lainnya di lahan eks Pasar Aceh Lama, kata Rafsanjani, akan menjadi daya tarik baru bagi masyarakat maupun wisatawan.
"Kita bicara bukan hanya soal bangunan, tapi bagaimana pasar ini bisa melahirkan ekosistem ekonomi baru yang memberi manfaat luas,” jelasnya.
Revitalisasi Pasar Aceh Lama sendiri diawali dengan kajian kelayakan oleh Dinas PUPR Banda Aceh pada 2021. Dari hasil analisis teknis, bangunan lama dinyatakan tidak layak pakai dengan tingkat kerusakan mencapai 56,75 persen, sehingga masuk kategori rusak berat. Demi keselamatan masyarakat, Pemko Banda Aceh memutuskan untuk melakukan pembongkaran total.
Rafsanjani berharap agar pembangunan tersebut dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan, kebersihan, serta fasilitas penunjang lain seperti sanitasi, ruang terbuka hijau, dan aksesibilitas bagi semua kalangan.
“Kita ingin Pasar Aceh Lama tidak hanya bangkit, tetapi juga menjadi simbol kemajuan dan kemandirian ekonomi masyarakat Banda Aceh,” ujarnya.
Lebih jauh, ia juga menekankan pentingnya melibatkan masyarakat, terutama pelaku UMKM, sejak tahap perencanaan hingga pengelolaan kawasan baru ini.
“Partisipasi publik akan memastikan agar apa yang dibangun benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga. Kalau ini berhasil, kita akan melihat bukan hanya pasar yang berubah, tapi juga wajah Banda Aceh sebagai kota perdagangan yang semakin modern tanpa meninggalkan kearifan lokal,” tutup Rafsanjani.