Beranda / Ekonomi / Forbina: Realisasi Investasi Aceh Jauh dari Target

Forbina: Realisasi Investasi Aceh Jauh dari Target

Selasa, 22 Oktober 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Direktur Eksekutif Forbina, Muhammad Nur, S.H. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Forum Pemerhati Investasi Aceh (Forbina) mengungkap kesenjangan besar antara target dan realisasi investasi di Aceh. Target investasi Rp 42 triliun yang dicanangkan era kepemimpinan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah hanya terealisasi Rp 10,8 triliun hingga 2021, bahkan merosot ke Rp 2,36 triliun pada 2024.

"Target tinggi memang penting, tapi harus realistis. Miss-nya cukup signifikan antara cita-cita yang dipasang dengan realisasinya," kata Direktur Eksekutif Forbina, Muhammad Nur, S.H., saat dihubungi Dialeksis, Selasa (22/10/2024).

Meski data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh mencatat investasi dari 18 negara, Muhammad mempertanyakan dampak riilnya terhadap ekonomi lokal. Singapura tercatat sebagai investor terbesar dengan 31 paket kegiatan, diikuti Malaysia dengan 23 paket, serta Belgia dan Korea Selatan masing-masing 19 paket.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan pertama 2024 didominasi sektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan dengan nilai Rp 722,32 miliar dari 108 paket kegiatan. Total penyerapan tenaga kerja mencapai 4.014 orang dari berbagai sektor, termasuk industri makanan, pertambangan, dan perdagangan.

"Investasi bukan soal jalan mulus. Investor harus punya kualitas produk, kapasitas produksi yang baik, dan kemampuan finansial yang memadai," tegas M Nur.

Ia mengkritik pola lama yang sekadar mengejar angka statistik tanpa memperhatikan kualitas investasi.

Forbina menekankan pentingnya memperhatikan berbagai faktor seperti konflik lahan, dukungan masyarakat, dan tantangan lingkungan.

"Tidak cukup hanya mengambil bahan baku, investor juga harus membangun pabrik pengolahan di sini," kata M Nur, menyoroti pentingnya penciptaan lapangan kerja lokal.

Menurut Muhammad, tanpa industrialisasi yang tepat, ekonomi pedesaan Aceh akan tetap stagnan.

"Pola kehidupan masyarakat tidak akan mengalami perubahan signifikan tanpa hadirnya industri yang berkelanjutan," tutupnya.

Para calon pemimpin Aceh, termasuk Mualem dan Bustami, ditantang untuk tidak sekadar fokus pada jumlah investor, tetapi juga kualitas investasi. Forbina siap memberikan asistensi dalam perencanaan investasi yang memperhatikan tata ruang, hak masyarakat lokal, dan dampak ekonomi yang berkelanjutan.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda