Harga Biji Kakao di Aceh Meroket Dua Kali Lipat Tembus Rp150.000 per Kg
Font: Ukuran: - +
Buah kakao milik salah seorang petani Gampong Rungkom Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya sedang berbuah lebat dan siap untuk dipanen. (Foto: net]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga biji kakao atau lazim disebut cokelat di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, melonjak hingga dua kali lipat lebih. Jika sebelumnya dijual Rp40.000-Rp50.000 per Kg, kini rata-rata harganya tembus Rp130.000 per Kg.
Dari delapan kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya, tiga di antaranya adalah sentra produksi. Sementara untuk musim tanam gadu (MTG) 2024, petani di Kecamatan Trienggadeng telah menetapkan jadwal.
Menyusul melonjaknya harga biji kakao sejak sebulan terakhir, para petani di Pide Jaya semringah. Pasalnya, sebelumnya selama anjloknya harga, petani mengaku dirundung malang akibat biaya panen dan pascapanen tinggi. Sehingga, jangankan memperoleh keuntungan, terkadang kembali modal pun tidak.
Hal itu disampaikan beberapa petani kakao di Kecamatan Trienggadeng dan Ulim. “Alhamdulillah, saat ini harga biji kakao lumayan bagus yaitu Rp130.000 per Kg. Kalaupun tidak meningkat lagi, harga segitu saja lumayan,” sebut Idris dan Sulaiman, dua petani Tampui Trienggadeng secara terpisah, Rabu (24/4/2024).
Sejumlah petani Glumpang Tutong, Rumpuen dan Lampohlada Meureudu juga membenarkan bahwa sudah lebih sebulan harga biji kakao melonjak.
Melonjaknya harga komoditas ekspor tersebut, sebut Mukhtar dan Syukri, membuat petani senang. Pasalnya, berkebun tanaman keras seperti kakao ataupun kelapa sawit sangat rumit dan tidak semudah komoditi palawija seperti jagung atau kedelai.
Belum lagi modal yang dikeluarkan lebih besar. Oleh karena itu, jika harganya rendah, bisa jadi kebun akan telantar.
Menurut Mukhtar, itu adalah fakta dan banyak petani terpaksa meninggalkan usaha tersebut kemudian beralih ke usaha lainnya.
“Alhamdulillah, kini harga biji kakao meroket dan kami pun senang,” imbuhnya sembari berharap kalaupun harga tidak beranjak lagi, minimal bisa bertahan.
Tgk Bastun Adam, petani Gampong Reuleuet Ulim juga membenarkan ihwal harga kakao naik. Bastun yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) kecamatan setempat menyebutkan, saat ini harga biji kakao kering dijual Rp150.000 per Kg.
Sedangkan sebelumnya atau pada awal tahun 2024 sekitar Januari hingga Februari hanya laku dijual rata-rata hanya Rp45.000 per Kg. “Kini sudah sekitar sebulan harga jual biji kakao melonjak dan semoga dapat bertahan,” ungkapnya.
Menurut Bastun, kendala utama yang dihadapi petani Reuleuet adalah menyangkut masalah jalan. Rute ke kebun selain jalannya menekung (naik turun) juga penuh belokan. Ketika diguyur hujan praktis tak dapat dilintasi sama sekali.
Pihaknya mengaku sudah beberapa kali mengusulkan perbaikan tapi hingga kini belum ditangani sepenuhnya. “Hanya puluhan meter diperbaiki dengan menyerak krikil,” tukas Bastun.
Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Pidie Jaya, Ratna Mutia, membenarkan bahwa saat ini harga tampung biji kakao kering oleh pedagang pengumpul berkisar antara Rp135.000-140.000 per Kg. Sementara jika basah harganya Rp50.000-Rp60.000 per Kg.
Adapun sentra produksi kakao masih dipegang Kecamatan Trienggadeng, Meureudu dan Ulim. Perbukitan Desa Reuleuet Ulim adalah kawasan penghasil kakao terbesar di Pidie Jaya, disusul Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu.
Kecamatan lain seperti Bandarbaru dan Bandardua termasuk Panteraja juga ditemui kebun kakao tapi tak seluas di tiga kecamatan tersebut.
Ratna menyebutkan hasil panennya berkisar antara 800-1.200 kg. Namun, umur tanaman juga ikut menentukan. Jika sudah tua, hasil panen yang didapat pun berangsur-angsur melandai. (infopublik.id)