DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Harga pinang di Aceh kini mengalami lonjakan signifikan, mencapai Rp16.000 per kilogram.
Taufik Hidayat, seorang pemuda penggiat perdagangan lokal dari Paya Bilie, Lhokseumawe, menjelaskan bahwa kenaikan harga pinang disebabkan oleh kelangkaan stok di pasaran.
“Kalau pinang sekarang mahal, itu karena stok di Aceh sedang sangat terbatas. Barang kurang, sementara permintaan tetap tinggi,” ujar Taufik kepada awak media dialeksis.com, Senin (27/10/2025).
Ia menambahkan, fenomena harga tinggi ini juga memengaruhi perilaku masyarakat. Banyak warga yang kini mulai memotong pinang di kebun mereka sendiri karena sebelumnya harganya mahal.
“Dulu ketika pinang mahal, sebagian orang menahan atau menyimpan pinang. Sekarang karena harga tinggi, banyak yang mulai memotong dan menjualnya,” jelas Taufik.
Menurut Taufik, ada beberapa faktor yang membuat harga pinang melonjak karena stok terbatas, produksi pinang di Aceh saat ini menurun akibat beberapa faktor alam dan pengelolaan kebun yang belum optimal.
Selain itu, permintaan tinggi, Pinang masih menjadi komoditas penting untuk konsumsi lokal, terutama untuk masyarakat yang rutin menggunakannya sebagai bahan tradisional atau untuk perdagangan.
Taufik juga menyoroti perlunya perhatian pemerintah agar harga pinang kembali stabil. “Pemerintah bisa membantu dengan mendistribusikan pinang dari daerah penghasil ke pasar yang membutuhkan, agar stok mencukupi dan harga tidak melonjak,” ujarnya.
Selain itu, Taufik menyarankan adanya program pendampingan dan edukasi kepada petani pinang agar produksi lebih optimal dan terencana.
"Kalau petani dibantu dalam teknik budidaya dan manajemen kebun, hasil panen bisa lebih stabil, dan otomatis harga di pasar juga lebih terkendali,” pungkasnya. [nh]