Beranda / Ekonomi / Impor Minyak RI Tembus 1 Juta Barel per Hari, Devisa Rp 500 Triliun Melayang

Impor Minyak RI Tembus 1 Juta Barel per Hari, Devisa Rp 500 Triliun Melayang

Minggu, 19 Januari 2025 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Foto: Bisnis/Himawan L Nugraha


Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Profil Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM Baru yang Gantikan Arifin Tasrif", Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20240819/44/1792056/profil-bahlil-lahadalia-menteri-esdm-baru-yang-gantikan-arifin-tasrif.

Penulis : Lukman Nur Hakim - Bisnis.com



Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:

Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS

iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan tingginya ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah. Saat ini, impor minyak mencapai 1 juta barel per hari (bph) untuk memenuhi kebutuhan nasional yang terus meningkat.

“Konsumsi minyak kita sudah mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara lifting minyak nasional hanya sekitar 600 ribu bph. Artinya, kita harus mengimpor kurang lebih 1 juta bph,” kata Bahlil saat menghadiri acara perayaan HUT ke-65 Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) di Jakarta, Minggu, 19 Januari 2025.

Menurut Bahlil, tingginya impor ini membuat Indonesia kehilangan devisa hingga Rp 500 triliun per tahun untuk pembelian minyak.

Ia juga menyoroti tren penurunan lifting minyak dalam dua bulan terakhir. “Lifting kita sekarang menurun. Dua bulan lalu 600 ribu bph, sekarang turun lagi ke 590 ribu bph,” ungkapnya.

Bahlil menegaskan, jika situasi ini tidak segera diatasi, target kedaulatan energi nasional akan sulit tercapai. 

Ia mendorong optimalisasi sumur-sumur minyak idle di seluruh Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak nasional.

“Saat ini, terdapat 16.990 sumur idle. Dari jumlah itu, ada sekitar 4.495 sumur yang bisa di-reaktivasi. Ini harus kita manfaatkan,” ujarnya.

Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya meningkatkan kegiatan eksplorasi, khususnya di wilayah timur Indonesia, meski tantangan biaya tinggi dan waktu yang terbatas menjadi kendala utama.

“Kita harus eksplorasi lebih banyak, terutama di wilayah timur yang membutuhkan biaya besar. Tapi ini penting untuk mempercepat pencapaian target lifting nasional,” tuturnya.

Bahlil berharap langkah ini dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan membawa Indonesia menuju kedaulatan energi yang lebih mandiri.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI