Beranda / Ekonomi / Kabinet Prabowo-Gibran: Tantangan Ekonomi dan Efisiensi Anggaran

Kabinet Prabowo-Gibran: Tantangan Ekonomi dan Efisiensi Anggaran

Senin, 21 Oktober 2024 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Eko B. Supriyanto, Pimpinan Redaksi Infobank. Foto:  Dok. Infobank


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Susunan Kabinet Prabowo-Gibran telah diumumkan dan langsung menjadi sorotan. Pimpinan Redaksi Infobank, Eko B. Supriyanto, memberikan pandangannya terkait hal ini. Kabinet Merah Putih, menurutnya, masih diwarnai nama-nama lama, terutama di tim ekonomi. Beberapa pihak menyebut susunan ini masih membawa aroma pemerintahan Jokowi, dengan kehadiran sejumlah perwakilan partai, profesional, serta tim pendukung Prabowo-Gibran.

Menariknya, kabinet kali ini tergolong "gemuk" dengan jumlah menteri dan wakil menteri mencapai 105 orang—terbanyak di Asia Pasifik, bahkan mungkin di dunia. Berdasarkan data Biro Riset Infobank, rata-rata kabinet di kawasan Asia Pasifik hanya berjumlah 22 menteri.

Meski begitu, Eko B. Supriyanto tidak terlalu mempersoalkan siapa yang duduk sebagai menteri atau jumlahnya, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia secara historis sudah stabil di angka 5 persen, terlepas dari siapa yang menjadi menteri. “Itu karena ekonomi kita lebih banyak ditopang oleh fluktuasi harga komoditas. Indonesia beruntung, selalu mendapat berkah dari Tuhan,” jelas Eko.

Kendala Ekonomi: ICOR yang Tinggi dan Kebocoran Anggaran

Namun, ada tantangan besar yang dihadapi pemerintahan Prabowo-Gibran, terutama dalam hal efisiensi ekonomi. Eko mencatat Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia mencapai 6,9 pada 2023, menunjukkan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk menciptakan output semakin tinggi. “Semakin tinggi ICOR, semakin tidak efisien. Kebocoran ekonomi kita bisa mencapai 60-70 persen,” katanya.

Sebagai perbandingan, Singapura memiliki ICOR sebesar 3-4, sedangkan Malaysia di angka 4-5. Jika Indonesia mampu menekan ICOR, ekonomi akan menjadi lebih efisien. “Kalau ICOR kita bisa turun, maka kebocoran bisa ditekan, dan APBN yang mubazir hingga Rp2.250 triliun bisa dimanfaatkan lebih baik,” tambah Eko.

Tantangan Utang dan Deindustrialisasi

Selain itu, utang pemerintah menjadi perhatian. Saat ini, utang Indonesia mencapai Rp8.338 triliun dengan beban bunga yang terus meningkat. Beban bunga utang diperkirakan mencapai Rp434,29 triliun pada 2024. “Pemerintah harus menggali lubang tutup lubang dengan menerbitkan utang baru untuk menutupi utang lama, ini tentu menimbulkan tantangan baru,” ujar Eko.

Deindustrialisasi dini juga menjadi isu penting. Menurutnya, sejak 2001, pertumbuhan industri manufaktur selalu di bawah pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi sektor ini terus menurun hingga hanya 18,67 persen pada 2023. Penurunan produksi pangan juga menjadi tantangan, dengan luas panen padi yang terus menyusut dan produksi beras yang turun rata-rata 1 juta ton per tahun.

Optimisme dan Tantangan Besar di Depan

Meski banyak tantangan, pidato pelantikan Prabowo memberikan harapan. Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan pentingnya menutup kebocoran dan melawan korupsi yang masih menggerogoti bangsa. “Kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran penyelewengan korupsi di negara kita,” ucap Prabowo.

Namun, tantangan utama bagi pemerintahan baru ini adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai, terutama bagi generasi muda yang semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data Biro Riset Infobank, pada periode 2019-2023, serapan tenaga kerja menurun drastis hanya menjadi 3,66 juta, jauh di bawah periode sebelumnya.

Dengan segala tantangan ini, Eko berharap pemerintah dapat menekan kebocoran, meningkatkan daya beli masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. "Selamat bekerja Kabinet Merah Putih. Semoga Indonesia tetap disayang Tuhan, karena tanpa melihat jumlah menteri pun bisa otomatis tumbuh 5 persen," tutup Eko dengan nada optimis namun tetap waspada.

Disadur dari artikel berjudul Kabinet “Obesitas”: Semoga Mampu Tutup Kebocoran yang Capai 60-70 Persen dan Mampu Ciptakan Lapangan Kerja, infobanknews.com (21/10/2024).

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda