DIALEKSIS.COM | Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada awal perdagangan Kamis (4/9). Rupiah dibuka di level Rp16.430 per dolar AS setelah sehari sebelumnya ditutup di posisi Rp16.410 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) mencatat, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun tipis ke 6,35% pada pagi ini, dari 6,38% pada penutupan Rabu (3/9/2025). Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) menguat ke 98,14, sedangkan yield US Treasury Note 10 tahun melemah ke 4,217%.
“Pergerakan rupiah dan pasar keuangan domestik dipengaruhi dinamika global, termasuk penguatan dolar AS dan perubahan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resmi yang diterima pada Jumat (5/9/2025).
Dari sisi aliran modal asing, BI mencatat premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik menjadi 71,57 basis poin (bps) per 3 September 2025, dibanding 69,52 bps pada 29 Agustus 2025. Pada periode 1“3 September 2025, investor nonresiden melakukan jual neto senilai Rp16,85 triliun. Angka tersebut terdiri dari Rp3,87 triliun di pasar saham, Rp7,69 triliun di pasar SBN, dan Rp5,29 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara kumulatif, sepanjang 2025 hingga 3 September, nonresiden tercatat jual neto Rp51,78 triliun di pasar saham dan Rp106,38 triliun di SRBI, namun masih mencatat beli neto Rp68,02 triliun di pasar SBN.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia,” tegas Ramdan. [ra]