Minggu, 19 Oktober 2025
Beranda / Ekonomi / Mualem Dinilai Mampu Bangun Pemerintahan Aceh yang Lebih Terukur dan Mandiri

Mualem Dinilai Mampu Bangun Pemerintahan Aceh yang Lebih Terukur dan Mandiri

Minggu, 19 Oktober 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pengamat politik sekaligus pendiri Jaringan Survei Inisiatif (JSI), Aryos Nivada dalam monolog berjudul Sepak Terjang Kepemimpinan Mualem yang dilansir media dialeksis.com, Minggu, 19 Oktober 2025. Tangkapan layar pewarta dialeksis.com dalam kanal youtube Jalanaryofficial.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam sebuah monolog reflektif yang disiarkan melalui kanal youtube Jalanaryofficial, pengamat politik sekaligus pendiri Jaringan Survei Inisiatif (JSI), Aryos Nivada, mengulas panjang perjalanan kepemimpinan Muzakir Manaf (Mualem) sebagai Gubernur Aceh.  

Dengan gaya tutur yang khas dan tajam, Aryos menilai Mualem sebagai sosok yang menampilkan corak kepemimpinan berbeda dibanding para pendahulunya.

Menurut Aryos, kepemimpinan Mualem memiliki dua sisi utama yang menjadi ciri khasnya, pertama, keberanian dalam mengambil sikap politik dan kebijakan publik; kedua, kemampuan melakukan improvisasi dan akselerasi di tengah keterbatasan birokrasi yang kompleks.

“Jika Irwandi Yusuf lebih fokus membangun citra pelayanan publik, maka Mualem menonjol karena berani mengakselerasi dan menafsir ulang kebijakan publik yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat Aceh,” ujar Aryos dalam monolog berjudul Sepak Terjang Kepemimpinan Mualem yang dilansir media dialeksis.com, Minggu, 19 Oktober 2025.

Ia menilai gaya kepemimpinan Mualem cenderung tidak reaktif, lebih banyak mengedepankan pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan. 

Namun, Aryos juga mengakui bahwa beberapa langkah Mualem sempat dianggap blunder oleh sebagian kalangan, terutama ketika pernyataan atau kebijakannya tidak disertai justifikasi yang kuat.

Sejak menjabat, menurut Aryos, Mualem telah menginisiasi berbagai langkah penting yang berdampak langsung pada tata kelola daerah. 

Salah satu capaian signifikan yang disebutkan adalah keberhasilan mengembalikan empat pulau sengketa yang sebelumnya diklaim oleh Provinsi Sumatera Utara, serta pembenahan tata kelola pertambangan Aceh menuju arah yang lebih transparan dan terukur.

“Langkah-langkah seperti pembentukan Dewan Ekonomi Aceh dan tim khusus investasi luar daerah menunjukkan kemampuan Mualem untuk berpikir strategis. Ia memahami bahwa pembangunan Aceh tidak bisa lagi hanya bergantung pada APBA,” jelas Aryos.

Dari sisi politik, Aryos menilai Mualem memiliki modalitas personal yang kuat dalam bernegosiasi dengan pemerintah pusat. Hal ini terlihat dari keberaniannya menolak beberapa kebijakan pusat yang dinilai tidak sejalan dengan kepentingan masyarakat Aceh, seperti pemotongan dana otonomi khusus.

“Keberanian Mualem menolak pemotongan dana otsus adalah simbol dari independensi dan keteguhan sikap seorang pemimpin daerah. Ia tidak hanya berani berbicara, tapi juga tahu kapan harus menekan dan kapan harus berdiplomasi,” tambahnya.

Lebih jauh, Aryos menilai keunggulan lain dari Mualem adalah insting kepemimpinannya yang tinggi dan sesuatu yang menurutnya tidak bisa diajarkan, melainkan merupakan anugerah.

“Ia tahu menempatkan orang sesuai kapasitasnya. Ini bukan sekadar kemampuan manajerial, tapi insting yang lahir dari pengalaman panjang dalam medan sosial dan politik Aceh,” tutur Aryos.

Hal ini, lanjutnya, terlihat dari pola distribusi peran di dalam pemerintahan Aceh yang semakin solid. Aryos menyoroti peran Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Nasir Syammaun, yang dinilainya memiliki andil besar dalam menata ulang birokrasi Aceh agar lebih profesional dan adaptif.

“Sekda adalah jantung dari birokrasi Aceh. Di bawah koordinasinya, sistem pemerintahan mulai bergerak ke arah good governance yang diidamkan Mualem,” jelas Aryos.

Dalam pandangan Aryos, keberhasilan kepemimpinan Mualem juga tidak lepas dari sinerginya dengan wakil gubernur dan lembaga legislatif. Ia menggambarkan kolaborasi antara Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekda sebagai segitiga pemerintahan yang saling mengisi dan memperkuat.

“Ketiganya membentuk satu siklus utuh yang menunjukkan bagaimana kekurangan di satu sisi bisa ditutupi oleh kekuatan di sisi lain. Ini yang membuat pemerintahan Mualem relatif stabil,” ujar Aryos.

Ia menegaskan, keberhasilan Mualem bukan hanya diukur dari banyaknya proyek fisik atau pembangunan ekonomi, tetapi juga dari kemampuannya membangun sistem pemerintahan yang berani, terukur, dan berbasis kepentingan publik.

Menutup refleksinya, Aryos menyebut bahwa Mualem adalah sosok dengan karakter kepemimpinan di atas rata-rata, baik dari segi keberanian mengambil risiko maupun kejujurannya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat Aceh.

“Mualem bukan tipe pemimpin yang banyak bicara. Ia lebih memilih bertindak dan membiarkan hasilnya berbicara sendiri. Banyak hal yang dilakukannya kini tidak bisa dilakukan oleh para pendahulunya,” kata Aryos.

Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan Mualem bersama timnya, termasuk peran strategis Sekda dan Wakil Gubernur, perlu terus dijaga dengan kerja nyata dan dedikasi yang konsisten untuk masyarakat.

“Kita berharap birokrasi Aceh yang kini mulai tertata bisa menjadi fondasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif, dan berpihak pada rakyat,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI