Sabtu, 02 Agustus 2025
Beranda / Ekonomi / Nagan Raya, Primadona Investasi Baru Nasional dan Internasional dari Barat Aceh

Nagan Raya, Primadona Investasi Baru Nasional dan Internasional dari Barat Aceh

Jum`at, 01 Agustus 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Dr. Rustam Effendi, S.E., M.Econ,, ekonom dari Universitas Syiah Kuala. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Kabupaten Nagan Raya, Aceh, pelan-pelan mencuri perhatian sebagai daerah tujuan investasi baru. Letaknya strategis di pantai barat Sumatera, tanahnya subur, dan perut buminya menyimpan emas, batu bara, serta marmer berkualitas tinggi. Tak hanya menarik bagi pemodal lokal, Nagan Raya mulai dilirik investor nasional dan internasional.

“Kalau melihat potensi sumber daya alamnya, Nagan Raya seharusnya sudah masuk radar investor sejak lama,” kata Dr. Rustam Effendi, S.E., M.Econ,, ekonom dari Universitas Syiah Kuala, saat berbincang dengan Dialeksis, Jumat, 1 Agustus 2025.

Rustam menyebut tiga sektor yang menjadi tumpuan ekonomi daerah, seperti pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Ketiganya, kata dia, tak sekadar menjanjikan keuntungan bagi pemodal, tetapi juga bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat jika dikelola dengan prinsip berkelanjutan.

Sejak lama, Nagan Raya dikenal sebagai lumbung padi. Luas sawahnya terbentang dari kawasan Tripa hingga Beutong. Tak sedikit hasil panen disuplai ke kabupaten tetangga, bahkan ke luar Aceh. “Ketahanan pangan kita di barat Aceh ini amat bertumpu pada Nagan,” ujar Rustam.

Selain padi, sawit juga menjadi komoditas utama. Perkebunan rakyat dan korporasi tersebar luas. Pabrik kelapa sawit (PKS) berdiri di sejumlah titik. Sub sektor ini bukan hanya memberi dampak ekonomi, tapi juga membuka banyak lapangan kerja.

Namun, Rustam menggarisbawahi pentingnya hilirisasi. “Kalau hanya menjual tandan buah segar, kita tidak dapat nilai tambah maksimal. Pembangunan industri pengolahan turunan sawit adalah keharusan,” katanya.

Di bawah tanah Nagan Raya, tersimpan kekayaan lain: emas dan batu bara. Beberapa perusahaan sudah masuk untuk eksplorasi dan produksi. Namun, belum semua potensi terangkat ke permukaan. Begitu pula dengan marmer, yang kualitasnya diklaim bersaing dengan produk dari Italia.

“Investor asing mulai menaruh minat, terutama untuk marmer dan batu bara,” ujar Rustam. Tapi dia mengingatkan, sektor pertambangan harus dikawal dengan tata kelola yang baik, transparan, dan menjamin keterlibatan masyarakat lokal serta memperhatikan aspek berkelanjutan. 

“Jika tidak, konflik sosial bisa menjadi bom waktu,” ujarnya.

Letak geografis Nagan Raya menjadi nilai tambah. Kabupaten ini berdekatan dengan Pelabuhan Meulaboh yang sedang dikembangkan, serta terhubung dengan jalur lintas barat-selatan Sumatera. Jika infrastruktur logistik diperkuat, Nagan bisa menjadi simpul perdagangan regional.

“Dari sini ekspor ke India atau Timur Tengah sangat memungkinkan. Ini potensi luar biasa,” kata Rustam.

Dia mendorong pemerintah daerah menyusun peta jalan investasi yang jelas dan visioner. Forum-forum promosi ke luar negeri juga penting untuk diadakan. “Jangan hanya menunggu investor datang. Kita harus proaktif menjual potensi daerah,” katanya.

Meski potensi besar, Rustam menilai Nagan Raya masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, keterbatasan sumber daya manusia yang siap kerja di sektor industri. Selain itu, regulasi investasi yang belum sinkron antara pusat dan daerah juga kerap menghambat masuknya modal besar.

“Infrastruktur dasar juga harus jadi prioritas. Listrik, air, dan internet. Ini hal-hal yang jadi pertimbangan utama investor,” ujarnya.

Namun, Rustam tetap optimistis. Menurut dia, dengan kepemimpinan daerah yang punya visi kuat, serta dukungan semua pihak, Nagan Raya bisa tumbuh menjadi kawasan ekonomi unggulan di barat Indonesia.

Nagan Raya memiliki semua bahan dasar untuk menjadi “bintang baru” di pentas investasi nasional. Alamnya kaya, tanahnya subur, dan geografisnya strategis. Yang dibutuhkan kini adalah komitmen dan kemauan politik, perencanaan matang, dan kerja sama lintas sektor.

Jika semua potensi itu diracik dengan tepat, dalam satu dekade mendatang, Nagan Raya tak lagi hanya dikenal sebagai penghasil padi dan sawit. Ia bisa menjelma menjadi kawasan industri berbasis sumber daya alam yang berdaya saing global.

“Kuncinya ada di visi dan kemauan serta komitmen pembuat kebijakan. Nagan Raya bisa menjadi model pembangunan daerah yang tidak hanya mengandalkan APBD, tapi juga mampu menarik modal dan menciptakan nilai tambah sendiri,” ujar Rustam.

Diakhir komentarnya Dr Rustam menyampaikan potensi besar yang dimiliki Nagan Raya bukan sekadar angka dalam laporan atau tumpukan komoditas mentah. Ia adalah kesempatan untuk membangun peradaban ekonomi baru dari barat Aceh. 

"Dengan sumber daya alam yang melimpah, letak geografis yang menguntungkan, dan semangat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan investor, Nagan Raya diyakininya bisa tumbuh menjelma menjadi simpul pertumbuhan ekonomi nasional yang diperhitungkan dunia," tutup ahli ekonomi nasional ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI