DIALEKSIS.COM | Lhoksukon - Harga cabai merah di Pasar Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, terus melambung tinggi dalam sepekan terakhir. Sabtu (4/10/2025), harga cabai merah segar menembus Rp90.000 per kilogram, bahkan di sejumlah lapak mencapai Rp95.000 per kilogram.
Kondisi ini membuat banyak warga mengeluh karena pengeluaran dapur ikut meningkat. Kenaikan harga disebut terjadi akibat pasokan cabai dari luar daerah yang terbatas, sementara permintaan justru naik menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H yang kini mulai ramai di Aceh.
Lukman (42), pedagang di Pasar Krueng Geukueh, mengatakan sebagian besar cabai yang dijual di Aceh Utara berasal dari Kota Medan dan Berastagi, Sumatera Utara. Namun dalam beberapa minggu terakhir, pengiriman dari dua daerah tersebut berkurang drastis.
“Sekarang susah dapat cabai. Stok sedikit, harga dari Medan sudah tinggi. Jadi waktu sampai ke sini, otomatis lebih mahal lagi,” kata Lukman saat ditemui media dialeksis.com di lapaknya, Sabtu (4/10/2025).
Ia menjelaskan, harga cabai merah segar dijual Rp90.000 hingga Rp95.000 per kilogram, sementara cabai yang sudah disimpan 2-3 hari bisa dijual lebih murah, sekitar Rp85.000 per kilogram. Menurutnya, harga tinggi ini tak bisa dihindari karena biaya dari pemasok memang sudah naik sejak awal bulan.
“Kata pemasok di Medan, tahun ini banyak petani gak tanam cabai karena pupuk mahal dan cuaca gak bagus. Panen jadi sedikit, sementara permintaan besar, apalagi lagi musim Maulid,” ujarnya.
Lukman menuturkan, kenaikan harga cabai merah sebenarnya sudah terjadi sejak akhir September. Namun puncaknya terasa pekan ini karena kebutuhan meningkat tajam menjelang puncak perayaan Maulid Nabi.
“Setiap tahun kalau musim Maulid, harga cabai pasti naik. Orang Aceh kan banyak masak besar-besaran waktu kenduri Maulid,” tambahnya.
Di sisi lain, pembeli di pasar mengaku terpaksa mengurangi pembelian karena harga terlalu tinggi. Suryani, warga Paloh Lada, mengatakan kini ia hanya membeli setengah dari jumlah biasanya.
“Dulu seminggu bisa beli sekilo, sekarang setengah kilo aja. Gak bisa diganti, tapi ya dikurangin aja biar cukup,” ujar Suryani.
Pedagang memperkirakan harga cabai baru akan turun setelah panen berikutnya berlangsung di daerah sentra produksi seperti Berastagi. Jika cuaca mendukung dan pasokan kembali normal, harga diperkirakan akan stabil pada akhir Oktober atau awal November.
“Kalau panen lancar, mungkin bulan depan bisa turun. Sekarang memang stok di mana-mana tipis,” kata Lukman.
Warga berharap pemerintah daerah dan dinas terkait segera turun tangan untuk menstabilkan harga, misalnya dengan menggelar operasi pasar atau menambah pasokan dari luar daerah.
“Kalau bisa pemerintah bantu pantau harga dan tambah stok, biar harga gak terus naik,” tutup Lukman. [nh]