Rabu, 03 September 2025
Beranda / Ekonomi / Per Agustus 2025, Aceh Masuk 10 Besar Inflasi Tertinggi di Indonesia

Per Agustus 2025, Aceh Masuk 10 Besar Inflasi Tertinggi di Indonesia

Rabu, 03 September 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam siaran pers resmi yang dipantau melalui kanal YouTube BPS. [Foto: Tangkapan layar media dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh kembali mencatatkan diri sebagai salah satu daerah dengan tingkat inflasi cukup tinggi di Indonesia.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2025 inflasi bulanan (month to month/mtm) di Aceh mencapai 3,70 persen, menempatkan Tanah Rencong dalam 10 besar provinsi dengan inflasi tertinggi secara nasional.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam siaran pers resmi yang dipantau melalui kanal YouTube BPS, menyebutkan bahwa inflasi tertinggi di Aceh terjadi di Kabupaten Aceh Tengah dengan angka 5,20 persen.

Lonjakan harga dipicu terutama oleh komoditas cabai merah, bawang merah, dan beras, tiga kebutuhan pokok yang sangat memengaruhi daya beli masyarakat.

“Secara nasional, inflasi year-on-year (y-on-y) pada Agustus 2025 tercatat 2,31 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,51. Untuk Aceh sendiri, angka inflasi bulanan berada di level 3,70 persen, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata nasional,” ujar Pudji yang dilansir pada Rabu (3/9/2025).

Jika dibandingkan dengan provinsi lain, Aceh berada di posisi keenam inflasi tertinggi. Adapun lima provinsi dengan inflasi lebih tinggi adalah Sumatera Utara: 4,42%, Sulawesi Tengah: 4,02%, Papua Selatan: 3,78%, Sulawesi Tenggara: 3,75%, Papua Pegunungan: 3,71% dan Aceh: 3,70%.

Di bawah Aceh ada Riau (3,58%), Sulawesi Barat (3,52%), Maluku (3,25%), dan Sulawesi Selatan (3,12%).

Sementara itu, inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Sumatera Utara dengan angka 4,42 persen, sedangkan yang terendah ada di Maluku Utara dengan 0,43 persen. Bahkan, Papua Barat mengalami deflasi 0,87 persen.

BPS mencatat bahwa pada Agustus 2025 terjadi deflasi m-to-m sebesar 0,08 persen. Penurunan harga ini terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi 0,08 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga cukup signifikan adalah tomat, cabai rawit, dan bawang putih.

Namun, jika dilihat secara tahunan (y-on-y), kelompok makanan, minuman, dan tembakau justru menjadi penyumbang inflasi terbesar, dengan andil 1,14 persen. Bawang merah dan beras menjadi komoditas yang paling mendorong kenaikan harga dalam kelompok tersebut.

Di Aceh, perhatian tertuju pada Aceh Tengah yang mencatat inflasi hingga 5,20 persen, jauh di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini tidak terlepas dari peran Aceh Tengah sebagai salah satu sentra produksi pangan, khususnya sayur mayur, di wilayah tengah Aceh. Fluktuasi harga di daerah tersebut otomatis berdampak pada pergerakan harga di pasar-pasar sekitarnya.

“Peningkatan harga komoditas hortikultura seperti cabai merah dan bawang merah memang sangat berpengaruh. Begitu juga dengan beras, yang meski sedang panen di beberapa wilayah, namun harga tetap terdorong naik,” jelas Pudji Ismartini. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
17 Augustus - depot
sekwan - polda
damai -esdm
bpka