kip lhok
Beranda / Ekonomi / Perbankan Enggan Menyalurkan Dana, LPS: Aksi Diperlukan untuk Mengalirkan Uang ke Ekonomi

Perbankan Enggan Menyalurkan Dana, LPS: Aksi Diperlukan untuk Mengalirkan Uang ke Ekonomi

Kamis, 29 Februari 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Meskipun lending rate hanya sekitar 8%, perbankan masih lebih memilih menempatkan dananya di bank sentral. Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengungkapkan bahwa hal ini mengakibatkan uang tidak mengalir ke perekonomian.

Purbaya menjelaskan hal ini dalam Economic Outlook 2024 di CNBC Indonesia pada Kamis (29/2/2024), menyatakan, "Itu menunjukkan bahwa memang mereka masih agak ogah menyalurkan uangnya, tapi hitungan saya memang seperti itu bankir punya uang ditaruh di tempat yang ada bunganya, spread-nya cukup, akan dilakukan seperti itu."

Menurut Purbaya, untuk mengatasi hal ini, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) harus mempertimbangkan agar dana perbankan tidak terlalu banyak "nongkrong" di bank sentral atau di tempat-tempat yang dianggap "kurang produktif".

"Kita akan memaksa mekanisme pasar berjalan dengan memaksa si bankir-bankir berpikir tidak hanya untuk keuntungan dirinya sendiri, tapi pada saat yang sama juga menguntungkan perekonomian. Saya yakin jika uang masuk ke dalam sistem, kredit akan mulai mengalir lagi," tambahnya.

Menurut Purbaya, dalam kondisi saat ini yang ia sebut "agak ketat", bankir-bankir lebih memilih menempatkan dananya di tempat yang dianggap lebih menguntungkan.

Purbaya juga menceritakan bahwa pada saat pandemi Covid-19 merebak pada tahun 2020, pertumbuhan kredit dan konsumsi melambat. Ini terjadi karena bank lebih banyak menempatkan uangnya di Bank Indonesia (BI), sehingga pemerintah kemudian harus menerapkan kebijakan intervensi.

"Orang-orang di bank adalah orang-orang pintar, tapi orientasi mereka selalu pada keuntungan. Jika tidak ada keuntungan, mereka tidak akan bekerja. Kita harus memaksa agar uang masuk ke dalam perbankan," ujarnya.

Jika kredit tidak disalurkan, mereka tetap harus membayar bunga deposito, yang berarti kerugian bagi mereka. Dengan demikian, mereka mulai berpikir-pikir, dan kredit akan tumbuh perlahan-lahan dengan penambahan ke sistem perbankan," jelas Purbaya lagi.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda