Minggu, 22 Juni 2025
Beranda / Ekonomi / Potensi USD 660 Miliar, Industri Furnitur Indonesia Didorong Perluas Pasar Ekspor

Potensi USD 660 Miliar, Industri Furnitur Indonesia Didorong Perluas Pasar Ekspor

Sabtu, 21 Juni 2025 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada pembukaan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2023 di Yogyakarta. [Foto: Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Surabaya - Industri furnitur nasional didorong untuk terus memperluas pasar ekspor di tengah peluang besar dari permintaan global. Namun, sektor ini juga menghadapi tantangan serius mulai dari regulasi lingkungan hingga masuknya barang impor murah.

"Industri agro berperan strategis dalam perekonomian nasional, dengan kontribusi 52,19% terhadap PDB industri pengolahan non-migas pada Triwulan I-2025. Salah satu penopangnya adalah industri furnitur," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika dalam keterangan resmi yang dilansir pada Sabtu (21/6/2025).

Menurutnya, industri furnitur mencatatkan kontribusi 1,15% pada tahun 2024, tumbuh 2,07% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai ekspor juga menunjukkan tren positif.

"Ekspor furnitur Indonesia naik dari USD 1,85 miliar di 2023 menjadi USD 1,91 miliar di 2024, atau naik sekitar 3%," ungkap Putu.

Peluang pasar ekspor masih sangat besar. Berdasarkan data Expert Market Research, pasar furnitur global tahun ini mencapai USD 660 miliar dan diperkirakan tumbuh hampir 5% per tahun hingga 2034.

"Ini peluang besar bagi pelaku industri furnitur nasional untuk ekspansi pasar dan meningkatkan daya saing," jelasnya.

Namun demikian, tantangan yang dihadapi industri tidak ringan. Hambatan logistik, regulasi lingkungan seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR), hingga serbuan furnitur impor berbahan logam dan plastik menjadi sorotan.

"Kita harus siap menghadapi tren dan regulasi global. Pasar mengarah pada produk yang ramah lingkungan, desain modular, hingga teknologi seperti Augmented Reality dan 3D printing," ujarnya.

Untuk mendukung transformasi industri, Kemenperin menjalankan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri pengolahan kayu sejak 2022. Program ini memberikan penggantian biaya pembelian mesin hingga 30% untuk produk lokal dan 15% untuk impor.

“Sudah ada 33 perusahaan yang ikut program ini, total reimburse-nya mencapai Rp20,6 miliar,” terang Putu.

Dampaknya pun nyata. Menurut data Kemenperin, efisiensi proses meningkat 11%, mutu produk naik 21%, dan produktivitas melonjak hingga 24%.

“Kami juga fasilitasi pelatihan SDM, penyediaan bahan baku, riset pasar, hingga insentif fiskal seperti tax holiday dan super deduction tax,” pungkasnya. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra