DIALEKSIS.COM | Aceh - PT Marinda Utamakarya Subur resmi ditetapkan sebagai pemenang tender proyek penggantian Jembatan Krueng Woyla, Aceh Barat, dengan nilai anggaran lebih dari Rp119 miliar. Penetapan tersebut tercantum dalam laman LPSE pada Rabu (3/12/2025) sore, setelah proses lelang yang berlangsung sejak beberapa bulan lalu.
Perusahaan yang juga meraih SUTAMI Awards Kementerian PUPR 2025 ini dinilai memiliki rekam jejak kuat dalam pelaksanaan proyek infrastruktur nasional. Humas PT Marinda Utamakarya Subur, Hendra Pippo Saputra, membenarkan bahwa pihaknya telah ditetapkan sebagai pemenang tender pembangunan jembatan pendamping (duplikasi) Krueng Woyla.
“Kami mengapresiasi kepercayaan pemerintah. Jika sesuai jadwal dan tanpa kendala, penandatanganan kontrak kerja akan dilakukan pada 10 Desember 2025. Setelah kontrak diteken, kami akan langsung memulai persiapan. Target kami pekerjaan efektif dimulai pada Januari 2026,” kata Hendra kepada Dialeksis, Minggu malam (7/12/2025).
Proyek jembatan ini bersumber dari APBN dan dilaksanakan dengan skema multi years selama tiga tahun, yakni 2025, 2026, dan 2027. Pembangunan bersifat menyeluruh dan akan menghadirkan jembatan duplikat berdampingan dengan jembatan lama. Pola ini mirip dengan Jembatan Peudada di Bireuen, yang kini memiliki dua jalur untuk memperlancar arus kendaraan.
Jika proyek rampung, masyarakat wilayah Barat-Selatan dipastikan akan memperoleh akses transportasi yang lebih lancar menuju Banda Aceh. Duplikasi jembatan juga diproyeksikan meningkatkan keselamatan dan kapasitas beban lalu lintas di salah satu koridor utama provinsi.
Sebagai penerima SUTAMI Awards 2025, PT Marinda Utamakarya Subur menyatakan komitmennya menjaga mutu pekerjaan dan menegakkan standar pengawasan ketat selama proses konstruksi.
“Profesionalitas menjadi prinsip utama kami. Rekam jejak perusahaan dalam proyek-proyek sebelumnya menjadi bukti bahwa kami mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal dan standar teknik,” ujar Hendra.
Selain fokus pada kualitas struktur, perusahaan juga memastikan pelaksanaan proyek tetap memperhatikan aspek keselamatan kerja, lingkungan, dan tata kelola konstruksi yang baik. Koordinasi dengan instansi terkait, baik pusat maupun daerah, disebut menjadi bagian penting untuk memastikan kelancaran pekerjaan.
Duplikasi Jembatan Krueng Woyla membawa harapan besar bagi masyarakat Aceh Barat dan wilayah sekitarnya. Selain mempercepat arus transportasi, keberadaan dua jembatan akan mengurangi kemacetan dan membuka ruang tumbuhnya aktivitas ekonomi baru, terutama sektor perdagangan dan distribusi barang.
Dengan dimulainya pembangunan pada awal 2026 mendatang, proyek ini menjadi salah satu infrastruktur strategis yang diharapkan memberikan dampak signifikan bagi konektivitas kawasan Barat-Selatan Aceh. [arn]