DIALEKSIS.COM | Jantho - Siapa sangka, limbah yang selama ini dianggap tak bernilai ternyata bisa menjadi berkah bagi petani. Adalah Taufikul Hadi (32), pemuda asal Gampong Lambeugak, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, yang berhasil menyulap sekam padi menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi.
Produk yang ia sebut Sekam Bakar Super kini mulai dilirik banyak petani karena manfaatnya yang besar bagi kesuburan tanah dan kesehatan tanaman.
Sebelumnya, Taufikul juga sempat sukses mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik, dan inovasi ini terus ia kembangkan ke arah yang lebih luas.
“Saya melihat limbah bukan lagi sebagai masalah, tapi peluang. Dari situ lahirlah ide untuk mengolah sekam padi menjadi kompos arang sekam yang lebih bermanfaat bagi petani,” ungkapnya kepada wartawan dialeksis.com, Senin (8/9/2025).
Dengan peralatan sederhana, Taufikul mampu memproduksi 7 hingga 10 ton kompos per hari. Usaha yang ia jalankan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga telah menyerap enam tenaga kerja lokal dari gampongnya. Seiring meningkatnya permintaan, produk Sekam Bakar Super kini mulai dipasarkan ke berbagai daerah di Aceh bahkan luar kabupaten.
“Awalnya saya hanya mencoba dalam skala kecil untuk kebutuhan pribadi. Tapi setelah petani lain melihat hasilnya, permintaan mulai berdatangan. Sekarang alhamdulillah permintaan semakin tinggi,” ujarnya.
Arang sekam yang diolah Taufikul bukan sekadar kompos biasa. Ia menyebut, manfaat sekam bakar sangat beragam, mulai dari menggemburkan tanah, meningkatkan kapasitas serap air, mengikat unsur hara, hingga menetralkan racun akibat bahan kimia.
“Banyak petani di Aceh yang tanahnya sudah rusak karena terlalu lama memakai pupuk kimia. Sekam bakar ini bisa membantu memulihkan struktur tanah sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia,” jelasnya.
Selain itu, sekam bakar juga berfungsi sebagai media tanam yang steril dan porous, memperbaiki drainase, serta mengandung silika yang dapat memperkuat batang tanaman.
Manfaat inilah yang membuat produk Taufikul mulai dipercaya sebagai salah satu solusi untuk mengembalikan pertanian ramah lingkungan di Aceh.
Bagi Taufikul, usaha ini bukan semata soal keuntungan, melainkan juga tentang misi lingkungan. Ia berharap inovasinya dapat menjadi langkah kecil untuk mengendalikan laju perubahan iklim yang kian terasa di Aceh.
“Pertanian ramah lingkungan harus kita hidupkan kembali. Kita tidak bisa terus bergantung pada pupuk kimia. Harapan saya, sekam bakar ini bisa menjadi salah satu solusi yang murah, mudah, dan bermanfaat bagi petani,” katanya.
Taufikul juga berpesan agar generasi muda berani mengembangkan inovasi dari potensi lokal. “Jangan takut memulai dari hal kecil. Jika kita tekun, insyaallah hasilnya akan terasa, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar,” pungkasnya. [nh]