kip lhok
Beranda / Ekonomi / Tantangan Ekonomi Global Diprediksi Masih Berlanjut

Tantangan Ekonomi Global Diprediksi Masih Berlanjut

Selasa, 18 Juni 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Agung Pambudhy


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan tantangan ekonomi global masih akan berlanjut hingga 2025. Setidaknya ada enam ancaman besar yang harus diwaspadai, yaitu suku bunga tinggi, restriksi perdagangan yang ketat, volatilitas harga komoditas, ketegangan geopolitik, populasi dunia yang menua, hingga dampak buruk dari perubahan iklim.

"Kita melihat geopolitik yang menyebabkan perubahan besar dan bahkan membuat tatanan ekonomi baru," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR pada Kamis, 13 Juni 2024.

Dia mencontohkan restriksi perdagangan baru yang muncul pada 2021 melonjak. Pada 2023, ada 3.000 pembatasan perdagangan yang diberlakukan dengan nilai yang tidak kecil. Salah satu tantangan ekonomi adalah inflasi yang memaksa negara-negara maju menaikkan suku bunga acuan ke level tinggi dalam waktu lama karena inflasi belum mereda.

Dampak Dalam Negeri

Di dalam negeri, kondisi ekonomi juga mulai menghadapi tantangan serupa. Nilai tukar rupiah terus melemah dan suku bunga yang tinggi membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini berlanjut, beragam dampak buruk seperti pemutusan hubungan kerja dan daya beli melemah bisa menghantam Indonesia.

Indeks dolar Amerika Serikat atau DXY pada pertengahan Maret 2024 berada di angka 103 dan menguat menjadi 106 pada 22 April 2024. DXY yang melonjak memberikan tekanan bagi rupiah. Pada pertengahan Maret 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih Rp15.575/US$, namun pada 19 April 2024 ambruk ke Rp16.250/US$.

Kredit Tumbuh, Penjualan Mobil Turun

Otoritas Jasa Keuangan mencatat pada Maret 2024 kredit perbankan tumbuh 12,40 persen secara tahunan atau year on year. Namun di sisi lain, penjualan mobil tercatat mengalami penurunan pada tiga bulan pertama 2024. Berdasarkan data dari PT Astra International Tbk, penjualan wholesales turun 23,8 persen secara tahunan menjadi 215.069 unit pada periode Januari-Maret 2024.

Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen pada 23-24 April 2024. Suku bunga yang tinggi berdampak pada kredit yang berpotensi mahal. Jika bunga kredit terus merangkak naik, masyarakat cenderung tidak mau mengambil kredit yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Inflasi Deflasi, Harga Pangan Diwaspadai

Badan Pusat Statistik mencatat terjadi deflasi 0,03 persen secara bulanan pada Mei 2024 dengan inflasi tahunan 2,84 persen. Meski demikian, pemerintah akan terus mewaspadai perkembangan harga pangan agar akses masyarakat terhadap pangan pokok terjaga.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu menyatakan perkembangan inflasi menunjukkan tren positif. Namun pemerintah tetap konsisten mengantisipasi gejolak harga ke depan, terutama karena tantangan cuaca ekstrem. Berbagai kebijakan seperti intervensi harga, stabilisasi pasokan, dan kelancaran distribusi terus dilakukan untuk mencapai target inflasi volatile food di bawah 5 persen.

Keyakinan Konsumen Masih Optimis

Survei Konsumen Bank Indonesia pada Mei 2024 mencatat Indeks Keyakinan Konsumen menurun menjadi 125,2 dari sebelumnya 127,7 pada April 2024. Meski turun, indeks tersebut masih berada di area optimis atau di atas 100. Kuatnya keyakinan konsumen didorong oleh optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi ke depan.

Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing industri multifinance merangkak naik pada tahun ini. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno menilai kenaikan rasio tersebut karena daya beli masyarakat tertekan oleh lonjakan harga kebutuhan pokok sejak akhir 2023.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda