Selasa, 14 Oktober 2025
Beranda / Ekonomi / Tim Ekspedisi Patriot UGM Teliti Potensi Ekonomi Kawasan Transmigrasi Jantho Aceh

Tim Ekspedisi Patriot UGM Teliti Potensi Ekonomi Kawasan Transmigrasi Jantho Aceh

Selasa, 14 Oktober 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

M. Sidiq Wicaksono, S.E., M.Sc., C.HE, Ketua Tim Output 1 Ekspedisi Patriot UGM, sedang memaparkan Data Lapangan Tim Ekspedisi Patriot UGM di Jantho, Selasa (14/10/2025). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kawasan Transmigrasi Jantho di Kabupaten Aceh Besar kini menjadi sorotan akademik dan kebijakan setelah menjadi lokasi penelitian intensif Tim Ekspedisi Patriot Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Agustus 2025.

Tim ini akan berada di lapangan hingga Desember mendatang untuk melakukan kajian menyeluruh terkait evaluasi dan pengembangan kawasan transmigrasi, termasuk menentukan arah pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Aceh Besar, Irwansyah, SH, menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh para mahasiswa dan dosen UGM tersebut.

Ia menilai, kehadiran tim ekspedisi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat sinergi antara akademisi dan pemerintah daerah, terutama dalam menata kembali arah pembangunan transmigrasi agar lebih berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

“Hampir dua bulan mereka berada di lapangan, tentu sudah mulai beradaptasi dan berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Kami melihat semangat mereka bukan hanya untuk meneliti, tapi juga membangun hubungan sosial yang baik dengan warga. Ini penting untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah dan menumbuhkan kemandirian ekonomi di kawasan transmigrasi,” ujar Irwansyah saat membuka kegiatan Paparan Data Lapangan Tim Ekspedisi Patriot UGM di Jantho, Selasa (14/10/2025).

Irwansyah menjelaskan, hasil riset lapangan yang dilakukan oleh tim UGM akan menjadi rekomendasi utama bagi pemerintah daerah dalam mengevaluasi kawasan transmigrasi Jantho, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun kelembagaan.

Ia menegaskan bahwa transmigrasi tidak boleh lagi dipandang hanya sebagai pemindahan penduduk, melainkan sebagai program pengembangan wilayah yang terintegrasi dengan potensi ekonomi lokal.

“Kita berharap, kawasan transmigrasi di Jantho bisa berkembang menjadi pusat ekonomi baru di Aceh Besar. Dengan kolaborasi akademisi, pemerintah, dan masyarakat, transmigrasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan wilayah yang mandiri dan produktif,” tambahnya.

Sementara itu, M. Sidiq Wicaksono, S.E., M.Sc., C.HE, Ketua Tim Output 1 Ekspedisi Patriot UGM, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari mandat Kementerian Transmigrasi untuk melakukan kajian evaluatif di berbagai daerah transmigrasi di Indonesia.

Untuk wilayah Aceh, terdapat dua tim ekspedisi yang diturunkan, dan salah satunya berfokus di Jantho, Aceh Besar.

“Tim kami bertugas untuk menyusun rekomendasi evaluasi kawasan transmigrasi dan merancang desain pengembangan komunitas berbasis potensi lokal. Semua data yang kami kumpulkan berasal langsung dari masyarakat melalui survei, wawancara, dan observasi lapangan,” ujar Sidiq.

Menurutnya, kawasan transmigrasi Jantho mencakup dua kecamatan, yakni Kota Jantho dan Lembah Seulawah, dengan total 25 gampong yang menjadi wilayah kajian.

Selama hampir dua bulan di lapangan, tim telah melakukan analisis multidimensi, meliputi aspek sosial, budaya, kelembagaan, ekonomi, pertanian, hingga infrastruktur dasar.

“Kami tidak ingin hanya bergantung pada data sekunder atau publikasi lama. Kami hadir langsung untuk menggali kondisi terkini masyarakat transmigran, bagaimana mereka berinteraksi, mengelola lahan, hingga menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi,” jelasnya.

Dari hasil awal pengumpulan data, tim UGM menemukan bahwa meskipun selama ini komoditas utama kawasan transmigrasi Jantho adalah padi, kondisi lahan dan pola tanam menunjukkan tantangan tersendiri. Lahan di beberapa titik lebih cocok untuk tanaman perkebunan, bukan untuk padi sawah.

“Hasil analisis kami menunjukkan, sektor perkebunan justru memiliki potensi ekonomi yang lebih besar di kawasan Jantho. Total lahan perkebunan mencapai sekitar 5.899 hektare, menjadikannya sektor yang paling luas dan berpeluang besar dikembangkan sebagai basis ekonomi masyarakat,” ungkap Sidiq.

Ia menambahkan, melalui Focus Group Discussion (FGD) bersama pemerintah daerah dan masyarakat, UGM akan menentukan satu komoditas spesifik unggulan yang akan dikembangkan secara terpadu, mulai dari hulu hingga hilir.

Program ini diharapkan menjadi model pengembangan ekonomi berbasis komunitas yang dapat direplikasi di kawasan transmigrasi lain di Indonesia.

Selain aspek ekonomi, tim UGM juga mengkaji dimensi sosial dan budaya masyarakat transmigran, termasuk bagaimana integrasi sosial terbentuk antara warga lokal dan pendatang. Kajian ini mencakup analisis terhadap praktik kearifan lokal, partisipasi pendidikan, konflik sosial, serta peran lembaga formal dan informal di kawasan Jantho.

Beberapa data penting yang berhasil dikumpulkan meliputi wawancara mendalam mengenai praktik kearifan lokal dalam pengelolaan lahan transmigrasi. Data penempatan transmigran dari tahun 1985-2016 dan sebaran asal provinsi peserta transmigrasi.

Selain itu, Angka partisipasi pendidikan (murni dan kasar) masyarakat di kawasan Jantho. Analisis konflik sosial menggunakan model SIPABIO. Analisis peran lembaga formal dan informal dalam pembangunan kawasan.

"Kami ingin komoditas yang dipilih benar-benar berasal dari kesepakatan bersama dan sesuai dengan kondisi sosial serta budaya masyarakat. Pendekatan top-down sering kali tidak berhasil karena tidak sesuai dengan kearifan lokal. Maka dari itu, partisipasi masyarakat menjadi kunci,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI