Sabtu, 14 Juni 2025
Beranda / Ekonomi / TRK dan Mimpi Besar Nagan Raya: Dari Pesisir ke Panggung Ekonomi Dunia

TRK dan Mimpi Besar Nagan Raya: Dari Pesisir ke Panggung Ekonomi Dunia

Kamis, 12 Juni 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baim

Bupati Nagan Raya, Dr. Teuku Raja Keumangan (TRK), saat menyampaikan arahan kepada para pimpinan perusahaan dan keucik se-Kecamatan Darul Makmur dalam kegiatan Sosialisasi Percepatan Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih di Aula Serba Guna Kantor Camat Darul Makmur, Alue Bilie, Jumat (16/5/2024). Foto:Pemkab Nagan Raya


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mentari pagi baru saja menyibak kabut di ufuk barat Aceh ketika angin Samudra Hindia membawa sebuah pesan dari ujung Nagan Raya: harapan dan cita-cita besar sebuah daerah yang ingin berdiri sejajar dalam percaturan ekonomi global.

Pesan itu datang dari sosok visioner yang kini memimpin Kabupaten Nagan Raya, Dr. Teuku Raja Keumangan, S.H., M.H atau akrab disapa TRK. Di hadapan Dialeksis, ia tidak sekadar bicara tentang pembangunan infrastruktur, melainkan menawarkan gagasan strategis: pembangunan pelabuhan laut internasional di Nagan Raya.

“Ini bukan semata kebutuhan lokal, melainkan langkah strategis Indonesia untuk memperkuat posisinya di jalur pelayaran internasional,” ujar TRK, Selasa (10/06/2025).

Baginya, pelabuhan bukan sekadar dermaga dan kapal. Ia melihatnya sebagai gerbang masa depan Nagan Raya. Di balik gagasan ini, tersimpan semangat besar untuk memutus rantai ketertinggalan dan mengangkat martabat wilayah barat selatan Aceh wilayah yang selama ini kerap terabaikan dari radar pembangunan nasional.

Nagan Raya menyimpan kekayaan yang luar biasa: emas, batu giok, kelapa sawit, kopi, nilam, dan hasil laut yang melimpah. Namun, keterbatasan akses logistik dan infrastruktur membuat potensi ini belum bersinar di panggung dunia.

TRK meyakini, pelabuhan internasional akan menjadi katalis utama pertumbuhan ekonomi. Biaya logistik akan terpangkas, daya saing ekspor meningkat, dan komoditas lokal akan melintasi batas-batas geografis menuju pasar Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Afrika.

“Jika logistik efisien, maka produk kita kompetitif. Ini akan berdampak langsung pada peningkatan PAD dan devisa negara,” tegas TRK.

Pelabuhan ini bukan hanya tentang arus barang. Ia juga tentang arus harapan. Petani tak lagi menjual hasil panennya dengan harga murah ke luar provinsi. Nelayan bisa bermimpi lebih besar. UMKM akan terkoneksi dengan pasar internasional. Dan, yang terpenting, generasi muda tak perlu lagi meninggalkan kampung halamannya untuk mencari peluang.

“Diversifikasi tujuan ekspor adalah keniscayaan. Kita harus membuka akses baru, termasuk ke Afrika dan negara-negara Samudra Hindia,” terang TRK, yang juga pernah menjabat Wakil Ketua DPRA.

Gagasan TRK mengundang respons positif dari berbagai tokoh Aceh, terutama di wilayah Barsela (Barat Selatan Aceh). Salah satunya datang dari Nurchalis, tokoh publik Barsela, yang menyebut rencana pelabuhan ini sebagai “lokomotif pembangunan baru”.

“Saya mendukung penuh ide cemerlang Bupati TRK. Ini bukan hanya untuk Nagan Raya, tapi untuk seluruh Barsela. Pelabuhan ini akan menghidupkan potensi daerah dari maritim, pertanian hingga perdagangan lintas negara,” katanya kepada Dialeksis.

Pengamat ekonomi dari Universitas Syiah Kuala, Dr. Rustam Effendi, S.E., M.Econ, memandang rencana ini sangat positif. Menurutnya, keberadaan pelabuhan internasional akan menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menopang ekspor komoditas unggulan Aceh ke pasar global.

“Ini peluang mempercepat hilirisasi. Komoditas pertanian dan perikanan bisa diekspor ke Timur Tengah, awalnya sebagai bahan mentah, lalu berkembang jadi produk olahan,” kata Rustam, Rabu (11/06/2025).

Ia menambahkan, dampak ekonomi yang ditimbulkan akan luas. Tidak hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga mempercepat pemerataan pembangunan di wilayah pedalaman Aceh.

Semakin didukung ide Bupati Nagan Raya melalui komentar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Muhammad Iqbal, atau yang dikenal sebagai Iqbal Piyeung, menyebut pantai barat selatan Aceh ibarat “emas yang tertidur”. 

Menurutnya, wilayah ini kaya migas, hasil tambang, dan pertanian, tetapi belum terkoneksi dengan baik antar-daerah.

“Nagan Raya punya semua: pelabuhan, lahan luas, SDM siap. Tinggal bagaimana kita membangun jejaring dan kolaborasi lintas kabupaten,” kata Iqbal.

Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi regional agar potensi alam Barsela dikelola bersama demi kemajuan ekonomi Aceh secara keseluruhan.

Bagi TRK, pelabuhan bukanlah proyek satu-dua tahun. Ia adalah janji perubahan. Janji kepada petani, nelayan, pedagang kecil, dan generasi muda bahwa mereka bukan sekadar penonton, melainkan pelaku utama perubahan.

“Kampung halaman ini bukan tempat untuk pergi, tapi tempat untuk pulang dan membangun,” ucap TRK.

Di ujung lautan lepas itu, Nagan Raya menaruh harapan besar. Harapan bahwa ombak Samudra Hindia bukan hanya membawa garam, tapi juga jalan menuju masa depan. Masa depan yang menyatukan ekonomi lokal dengan arus perdagangan global.

Dan seperti ombak yang tak pernah lelah menghantam pantai, semangat TRK untuk membangkitkan Nagan Raya akan terus menyapu batas. Menjadikan Nagan Raya bukan hanya nama dalam peta administratif, tapi simpul penting dalam nadi ekonomi Aceh dan Indonesia masa depan.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI