Rabu, 11 Juni 2025
Beranda / Ekonomi / Warisan Wastra Aceh: Pelestarian Budaya, Potensi Ekonomi, Daya Tarik Pariwisata

Warisan Wastra Aceh: Pelestarian Budaya, Potensi Ekonomi, Daya Tarik Pariwisata

Selasa, 10 Juni 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Ilustrasi kain tenun khas Aceh. Foto: Humas Disbudpar Aceh


DIALEKSIS.COM | Aceh - Di balik helaian benangnya yang berwarna-warni, kain tenun khas Aceh menyimpan cerita panjang tentang tradisi, identitas, dan ketekunan tangan - tangan pengrajin lokal

Lebih dari sekadar busana, wastra Aceh seperti songket dan tapis adalah simbol kejayaan peradaban yang telah hidup sejak masa kesultanan. Motif - motifnya yang sarat makna tak hanya mencerminkan filosofi hidup masyarakat Aceh, tetapi juga membuka peluang besar di sektor ekonomi kreatif dan industri pariwisata.

Kini, di tengah upaya pelestarian budaya, kain tenun khas Aceh mulai menapaki babak baru. Pemerintah daerah dan pelaku usaha bersama-sama mendorong agar warisan ini tak hanya menjadi kebanggaan masa lalu, tetapi juga sumber penghidupan yang berkelanjutan bagi masa depan. 

Melalui berbagai pameran, pelatihan, dan promosi fesyen berskala nasional hingga internasional, kain tenun Aceh mulai dikenal luas sebagai produk unggulan yang bernilai tinggi baik secara estetika maupun ekonomi.

Warisan kain tenun Aceh (wastra) terus dijaga sebagai bagian penting kebudayaan daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui Museum Aceh menggelar pameran wastra hingga akhir tahun sebagai upaya melestarikan warisan tekstil Aceh. 

Mendalami akan keberadaan dan potensi tenun khas Aceh, Dialeksis (10/06/2025) menghubungi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, mengatakan Aceh memamerkan 58 koleksi wastra dari berbagai daerah sebagai wujud pelestarian budaya. 

Ia menjelaskan wastra Aceh sudah dikenal sejak abad ke-16 dengan kualitas sangat tinggi, sempat melampaui sutra India dan Tiongkok pada masanya. Bahkan pada abad ke - 18, kain tenun Aceh digunakan sebagai penutup kepala muslimah (“tutup ulei”) bermotif kalimat Allah, menegaskan nilai-nilai adat dan agama yang terkandung dalam wastra. 

Masih menurut Almuniza, kegiatan edukasi wastra perlu dilibatkan fungsi dari media sosial dan influencer, supaya generasi muda Aceh kembali menaruh minat pada tenun tradisional dan bangga akan warisan leluhur. Tak hanya bernilai budaya, wastra Aceh menyimpan potensi ekonomi besar jika dikembangkan dengan baik. 

Almuniza lanjut menjelaskan saat ini banyak pengrajin muda yang membangun usaha tenun songket atau tapis Aceh dengan motif khas daerah. Pesanan terus mengalir dari konsumen lokal hingga desainer internasional, apalagi tren fesyen tradisional semakin diminati. 

Hal serupa disampaikan dari Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Muhammad Iqbal (Iqbal Piyeung) saat dihubungi secara terpisah, menegaskan bahwa Kadin siap mendukung pengrajin wastra sebagai bagian dari UMKM kreatif Aceh. Kadin Aceh akan memfasilitasi pelaku usaha tekstil lokal melalui pendampingan permodalan dan pemasaran, sehingga produk kain tenun Aceh dapat bersaing di pasar yang lebih luas. 

Dukungan ini diharapkan mempermudah perajin mendapatkan modal dan jaringan distribusi, serta membuka peluang ekspor kain wastra ke mancanegara. Wisatawan dan warga setempat menyaksikan alat tenun tradisional dalam pameran Wastra Nusantara di Museum Aceh,” ujarnya. 

Dirinya menyampaikan lagi, wastra Aceh kini juga menjadi bagian dari promosi pariwisata. Berbagai acara fesyen Aceh bahkan menarik perhatian global. Dalam Aceh Muslim Fashion Festival (AMFF) 2024, motif wastra Aceh dilirik perwakilan UNESCO, yang kemudian mengundang peragaan busana Aceh di Paris pada September mendatang. 

Hal ini menunjukkan kain tenun Aceh dianggap sebagai salah satu warisan tekstil tertua di Indonesia, dengan keberagaman motif dari 23 kabupaten/kota di provinsi ini. Pemerintah provinsi terus mengembangkan desa wisata berbasis tenun, di mana wisatawan dapat langsung melihat proses menenun di gampong serta membeli kain songket dan tapis sebagai oleh-oleh khas. 

Ide ini menurut Iqbal selaku ketua Kadin Aceh, melalui penggabungan wastra ke dalam paket wisata budaya, diharapkan kunjungan wisatawan meningkat sekaligus memperkuat ekonomi kreatif lokal. 

“Dengan sinergi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, warisan wastra Aceh diharapkan tidak hanya terjaga sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi kreatif dan daya tarik wisata baru bagi Aceh,” tutupnya. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI