Selasa, 22 April 2025
Beranda / Feature / Illiza Antara Senyuman dan Ketegasan Menegakan Syariat

Illiza Antara Senyuman dan Ketegasan Menegakan Syariat

Minggu, 20 April 2025 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Feature - Feminimnya terlihat, apalagi senyuman manis di bibirnya semakin menghiasi raut wajahnya yang cantik. Wanita dengan lencana di dada ini bukan hanya terlihat anggun, namun ada kelembutan.

Namun soal prinsip, dia menunjukan ketegasanya, apalagi di pundaknya sudah diberikan amanah untuk mengkhodai Banda Aceh, ibukota Serambi Mekkah. Dalam menegakan aturan, memberantas maksiat dia turun langsung mengendalikan.

Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh, saat ini sikapnya menjadi buah bibir publik. Bagaikan “laksamana” Malahayati dia tampil memimpin tim nya untuk menggerebek lokasi-lokasi yang selama ini menjadi sarang maksiat.

Dalam aksinya yang turut didampingi Wakil Walikota Afdal Khalilullah, wanita yang politikus ulung ini tidak pilih kasih dalam upaya penertiban. Dalam sebuah razia, Kamis (17/04/2025) dini hari misalnya, tim juga mengamankan 5 anggota TNI yang kemudian diserahkan ke POM.

“Keren punya walikota wanita berani dan tegas ini. Semoga Banda Aceh terbebas dari maksiat, dari penyakit rakyat,” sebut Indri, salah seorang warga Lamdingin yang mendukung penuh aksi Walkotnya dalam memberantas maksiat.

Keberanian Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, dalam menegakkan Syariat Islam mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan akademisi.

Dr Teuku Zulkhairi MA, akademisi UIN Ar-Raniry dan Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), menilai bahwa sikap dan keberpihakan Illiza terhadap penegakan nilai-nilai syariat merupakan cerminan kepemimpinan ideal yang kini semakin langka di Aceh.

“Apa yang dilakukan Ibu Illiza merupakan cerminan dari kepemimpinan yang dirindukan masyarakat Aceh. Keberanian beliau menunjukkan bahwa masih ada pemimpin yang menjadikan Syari’at Islam sebagai kompas moral dan arah kebijakan, bukan sekadar simbol seremonial,” ungkap Dr Zulkhairi dalam keterangannya, Jumat (18/4/2025), sebagai mana diberitakan SerambiNews.com

Akademisi ini menilai, Aceh hari ini mengalami krisis keteladanan dalam kepemimpinan publik, khususnya dalam konteks keberanian mengambil langkah tegas demi menjaga marwah dan kehormatan syariat Islam yang telah menjadi kekhususan daerah ini. 

“Banyak pemimpin, justru terjebak dalam keraguan, kekhawatiran popularitas, atau bahkan memilih diam ketika berhadapan dengan pelanggaran nyata terhadap nilai-nilai Islam,” jelasnya.

“Kita sedang menyaksikan kelangkaan pemimpin yang memiliki keberanian moral seperti ini. Illiza telah menunjukkan bahwa pemimpin bukan hanya tentang posisi dan jabatan, tetapi tentang keteguhan dalam menjalankan amanah yang diemban, terutama dalam konteks kekhususan Aceh yang menjadikan Syari’at Islam sebagai identitasnya,” ujar Zulkhairi.

Dr. Zulkhairi menilai bahwa rakyat Aceh sangat mendambakan pemimpin yang tidak hanya berpihak secara lisan, tetapi hadir secara nyata dalam membela nilai-nilai Islam di tengah masyarakat. Tindakan Illiza baru-baru ini telah memberikan harapan baru bahwa idealisme dan keberanian dalam kepemimpinan belum sepenuhnya punah.

“Langkah Ibu Illiza bukan hanya penegakan aturan, tapi juga bentuk kasih sayang terhadap masyarakat. Pemimpin sejati itu bukan yang membiarkan umat larut dalam kemaksiatan, tapi yang hadir membimbing dan melindungi mereka dari kehancuran moral,” jelasnya.

Pemerhati sosial dan keagamaan ini mengingatkan bahwa Aceh adalah daerah yang mendapatkan keistimewaan untuk menerapkan Syari’at Islam secara formal. Oleh karena itu, setiap pemimpin daerah memiliki tanggung jawab sejarah dan keagamaan untuk menjaga pelaksanaan syariat secara serius dan berkelanjutan.

“Menjaga syariat di Aceh bukan semata tugas lembaga keagamaan, tapi menjadi bagian inti dari kepemimpinan publik. Inilah yang kita lihat dalam sikap Ibu Illiza. Dan inilah yang patut menjadi inspirasi bagi seluruh bupati dan wali kota di Aceh,” tegasnya.

Sebagai Sekjen ISAD, Dr. Zulkhairi mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para sarjana dayah dan kaum intelektual muslim di Aceh, untuk memberi dukungan kepada Illiza Sa’aduddin Djamal, serta para pemimpin lainnya yang jika konsisten memperjuangkan nilai-nilai Islam. 

“Suara publik sangat penting dalam memperkuat keberanian pemimpin yang bersikap benar dan berpihak pada moralitas. Jangan biarkan pemimpin seperti ini berjalan sendiri,” pinya.

“Kita perlu membangun solidaritas moral, agar keberanian menegakkan syariat menjadi budaya kepemimpinan di Aceh, bukan pengecualian yang langka,” pungkasnya.

Iliza mengakui pihaknya melakukan penggerebekan tempat maksiat, setelah mengantongi data dari laporan masyarakat yang dijadikan sebagai tempat maksiat.

Dengan menurunkan personal PP dan WH yang langsung dipimpin Kasatpol PP/WH, M Rizal, Illiza dan Afdhal menemukan bukti laporan masyarakat. Dari sejumlah tempat yang dilakukan penggerebekan, pelaku maksiat ditangkap.

Bahkan di salah satu cafe yang dilengkapi fasilitas karaoke di Jalan Ujong Pancu, Gampong Blang, 29 muda-mudi diciduk petugas berikut barang bukti minuman beralkohol. Mereka terdiri dari 12 wanita dan 17 pria, termasuk lima oknum TNI.

Illiza berjanji akan mengawal sendiri proses pemeriksaan terhadap para pelanggar, termasuk tes urine yang dilakukan oleh BNN. 

Wanita yang mengenakan lencana di dada sebagai orang nomor satu di Banda Aceh ini menemukan fakta pilu, setelah pelaku diminta keteranganya. Diantara terduga pelaku wanita yang diamankan, dia mengaku sebagai pekerja seks komersial (PSK) dengan tarif Rp 500 ribu per jam. 

Pihaknya juga menciduk satu pasangan tanpa ikatan pernikahan di hotel berbintang. Dugaan mesum dua sejoli semakin diperkuat dengan temuan kondom dan obat kuat di dalam kamar.

Melihat kenyataan ini, sebagai seorang wanita dan ibu, Illiza tidak mampu menahan butiran air matanya. Perasaanya bercampur aduk. Namun semuanya harus dia lakukan demi menegakan Syariat Islam di wilayah kekuasaanya.

Tekadnya semakin kuat, dia menyatakan pihaknya tidak akan berhenti. Razia ini akan dilakukan secara rutin, menyahuti aspirasi masyarakat yang sudah terlalu lama resah atas kondisi hari ini.

Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada Kodam Iskandar Muda yang telah mem-backup operasi. Danpomdam ikut turun langsung kelapangan dalam melaksanakan operasi.

Namun dibalik itu semuanya, Illiza menyadari bahwa penegakan syariat Islam tidak mungkin berjalan optimal tanpa dukungan semua pihak.

“Pemerintah Kota dengan segala keterbatasan, tentu tidak mampu menghandle semua. Butuh support dari segenap stakeholder terkait, termasuk partisipasi aktif warga kota,” pintanya.

Demi kebaikan dan tegaknya Syariat Islam, tentu dukungan penuh dari masyarakat dan berbagai pihak akan mereka tunjukan. Mereka tidak akan membiarkan “Laksamana Malahayati” berjuang sendiri, apalagi sampai menitikan air mata. Jalan terus wahai sang walikota yang anggun, sikap tegasmu penawar rindu. *  BG

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar