Jum`at, 19 Desember 2025
Beranda / Feature / Sulfur Aceh Berlabuh di Sulawesi

Sulfur Aceh Berlabuh di Sulawesi

Rabu, 23 Juli 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

PT Pembangunan Aceh (Perseroda) kembali mencatat capaian penting dalam pengelolaan sektor energi dan sumber daya alam. 3.113 ton sulfur berhasil dikapalkan dari Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh, menuju Bantaeng, Sulawesi Selatan. [Foto: dok. PEMA]


DIALEKSIS.COM | Feature - Unsur kimia non logam ini banyak ditemukan di bumi Aceh. Bukan hanya sebagai pengendali hama tanaman, tapi bisa diproduksi sebagai asam sulfat, kertas, kembang api dan sejumlah produk perawatan kulit.

Baunya memang menyengat hidung, namun bila kelola secara profesional akan mendatangkan pundi-pundi rupiah. Bukan hal baru kalau provinsi ujung barat Pulau Sumatera ini sudah memasok ribuan ton belerang ke luar daerah.

Sulfur Aceh kualitasnya bagus. Tidaklah berlebihan bila setiap tahunnya ribuan ton belerang dari Aceh singgah di beberapa tempat di negeri Pertiwi ini. Kali ini sulfur Aceh berlabuh di Sulawesi.

PT Pembangunan Aceh (Perseroda) kembali mencatat capaian penting dalam pengelolaan sektor energi dan sumber daya alam. 3.113 ton sulfur berhasil dikapalkan dari Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh, menuju Bantaeng, Sulawesi Selatan.

“Alhamdulillah, kita berhasil menyelesaikan pengiriman sulfur sebanyak 3.113 ton ke Bantaeng. Ini merupakan wujud komitmen PT PEMA dalam menjadikan Aceh sebagai pemain penting dalam pasokan energi dan bahan baku industri dalam negeri,” ujar Direktur Utama PT PEMA Mawardi Nur dalam keterangannya kepada media.

Menurutnya, pengapalan dimulai dengan proses pemuatan (loading) pada 20 Juli 2025 pukul 20.25 WIB dan rampung pada 22 Juli 2025 pukul 16.35 WIB, di bawah kondisi cuaca cerah dan pengawasan ketat tim operasional.

Sejarah baru untuk Aceh, anak negerinya bukan hanya menghasilkan bahan mentah, tetapi juga telah mulai memainkan peran sebagai penyedia komoditas industri bernilai tambah.

Sulfur Aceh yang berlabuh di Sulawesi ini, keberhasilan pengapalan ini menunjukkan bahwa Aceh kini tidak lagi hanya sebagai wilayah penghasil bahan mentah. Pihaknya terus berbenah dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tentunya sangat berdampak pada PAD Aceh.

“Kami terus berbenah dan bekerja keras untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh. ke depannya kita akan terus mengoptimalkan komoditi sulfur ini sebagai potensi penambahan PAD Aceh dengan melibatkan tenaga-tenaga lokal yang lebih maksimal,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Komersial PT PEMA, Faisal Ilyas, lebih lanjut menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah perusahaan dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam Aceh ke dalam jaringan industri strategis nasional.

“Alhamdulillah, ini adalah salah satu capaian dari hasil kerja keras kita dan berhasil kita jual dengan harga terbaik, hal ini merupakan wujud komitmen PT PEMA dalam menjadikan Aceh sebagai pemain penting dalam pasokan energi dan bahan baku industri dalam negeri,” ujar Faisal.

Bagaimana dengan aspek lingkungan? Lelaki yang dipercayakan sebagai salah satu direktur PEMA ini menyebutkan, pengiriman dilakukan sesuai standar operasional yang telah ditetapkan, dan sangat memprioritaskan terhadap aspek keamanan lingkungan dan pencegahan potensi pencemaran.

Apakah wilayah Aceh kaya dengan sulfur? Area di Aceh berpeluang memiliki kandungan sulfur, namun untuk belerang yang dikirim ini berasal dari hasil produksi di wilayah Blok A Aceh Timur, yang dikelola oleh Medco E&P Malaka.

Sebelumnya, PT PEMA juga telah mencatat sukses dalam pengiriman sulfur ke Riau dan Sulawesi Selatan. Menurutnya, pengiriman kali ini menegaskan komitmen PT PEMA dalam membangun ekosistem hilirisasi yang berkelanjutan.

Melihat peluang pasar sulfur Aceh diminati pihak luar, PT PEMA optimistis bahwa pengiriman-pengiriman berikutnya akan semakin efisien dan berdampak luas. Dengan kapasitas produksi sulfur yang diproyeksikan meningkat dan dukungan infrastruktur logistik yang terus diperkuat.

Tentunya, sebut Faisal, perusahaan terus menjaga mutu serta standar keberlanjutan di seluruh rantai proses, mulai dari penyimpanan hingga distribusi, sebagai bagian dari komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab.

Sulfur Aceh kini sudah mulai berlabuh di berbagai belahan negeri ini. Labuhan itu bukan hanya menambah PAD Aceh, namun semakin menampung tenaga kerja, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat juga membaik.

Unsur kimia non logam ini sudah diberikan Tuhan untuk rakyat Aceh, kini kembali bagaimana memanfaatkan untuk kesejahteraan dan menjaga “kelestariannya” agar tidak menghadirkan petaka.

PT PEMA Aceh berupaya mengemban amanah itu, memanfaatkan kandungan alam untuk kesejahtraan dan menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan bencana. [adv]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
pema