Beranda / Gaya Hidup / Boneka Kelinci Labubu dan Kesuksesan Wang Ning di Balik Pop Mart

Boneka Kelinci Labubu dan Kesuksesan Wang Ning di Balik Pop Mart

Senin, 18 November 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Wang Ning adalah konglomerat muda China yang sukses membesarkan perusahaan mainan, Pop Mart. Foto: Forbes


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Boneka kelinci Labubu pernah menjadi tren di Indonesia. Di balik popularitas boneka ini, terdapat sosok konglomerat asal Tiongkok, Wang Ning, yang berhasil mengembangkan perusahaan mainan dalam kotak misteri, Pop Mart, menjadi raksasa industri.

Menurut data Forbes, hingga Jumat (20/9), total kekayaan Wang Ning mencapai US$4,2 miliar atau sekitar Rp63,35 triliun. Dengan harta tersebut, ia masuk dalam jajaran orang terkaya dunia, menduduki peringkat ke-817.

Perjalanan awal Wang Ning dari Informasi dirangkum tentang latar belakang Wang Ning cukup terbatas. Ia lahir di Provinsi Henan, Tiongkok, pada tahun 1987. Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), Wang lulus dari Universitas Zhengzhou dengan gelar sarjana periklanan pada tahun 2009. Setelah itu, ia bekerja di perusahaan media digital Sina, anak usaha Weibo.

Namun, setelah setahun bekerja, Wang memutuskan untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Pada 2010, ia meluncurkan Pop Mart. Keputusan ini terinspirasi dari perjalanan ke Hong Kong, di mana ia melihat jaringan ritel yang menjual berbagai produk populer. Ide ini kemudian ia bawa ke Tiongkok.

Diketahui dari berbagai informasi terkait perjalanan bisnis yang tidak mudah, Gerai pertama Pop Mart dibuka di kawasan Zhongguancun, Beijing, yang sering disebut "Silicon Valley"-nya Tiongkok. Perjalanan bisnis Wang awalnya tidak berjalan mulus. Ia menghadapi berbagai masalah, mulai dari pengelolaan inventori hingga layanan pelanggan. Saat itu, Pop Mart masih menjual berbagai macam barang tanpa fokus tertentu.

Namun, titik balik terjadi pada 2014. Saat mengikuti program di Guanghua School of Management Universitas Peking, Wang bertemu teman-teman yang sevisi dengannya. Ia mengajak mereka bergabung dalam manajemen Pop Mart dan mulai mempersempit fokus produk ke mainan karakter dalam kotak misteri (blind box), seperti konsep mesin gashapon Jepang.

Kunci keberhasilan dari Wang Ning adanya kolaborasi dengan seniman dan kesuksesan Pop Mart. Wang juga menggandeng sejumlah seniman untuk menciptakan karakter eksklusif dalam kotak misteri. Salah satu kolaborasi yang sukses adalah dengan seniman Hong Kong, Kenny Wong, yang menciptakan karakter Molly, seorang gadis berwajah bulat dan bermata besar. Molly menjadi ikon populer di kalangan generasi muda Tiongkok.

Kerja sama Wang dengan Wong dimulai pada 2016 dan membawa lonjakan penjualan Pop Mart, dari US$22 juta pada 2017 menjadi US$73 juta pada 2018. Pada Single’s Day 2019, Pop Mart mencatatkan penjualan harian hingga US$22 juta.

Selain Molly, Pop Mart juga berkolaborasi dengan Kasing Lung, pencipta karakter Labubu, monster kelinci lucu yang diciptakan pada 2015. Popularitas Labubu semakin melejit setelah Lisa Blackpink menggunakan gantungan kunci Labubu, yang membuat orang rela antre demi mendapatkan edisi terbatas saat pembukaan gerai pertama Pop Mart di Indonesia baru-baru ini.

Bahkan saat pandemi COVID-19 melanda, Wang mengarahkan perusahaan untuk memindahkan penjualan dari gerai fisik ke platform e-commerce, seperti Paqu dan Tmall. Strategi ini membantu Pop Mart bertahan di masa sulit dan terus berkembang hingga kini.

Dengan keberanian, inovasi, dan fokus pada tren, Wang Ning berhasil membawa Pop Mart menjadi salah satu merek mainan paling ikonik di dunia.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda