DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei, kembali mencuri perhatian dunia lewat perkembangan pesat di lini produk telepon genggam (handphone). Di tengah persaingan ketat industri smartphone global, Huawei perlahan menapaki kebangkitannya dengan strategi inovatif dan teknologi buatan sendiri, terutama dalam hal sistem operasi dan chipset.
Menanggapi fenomena ini, Dosen Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien, Muttaqin, S.T., M.Cs, yang juga dikenal sebagai ahli teknologi informasi (TI), menilai bahwa kemajuan Huawei bukan sekadar respons terhadap tekanan pasar, tetapi bukti nyata atas investasi riset dan pengembangan yang masif.
“Setelah dibatasi oleh sanksi Amerika Serikat pada 2019, banyak pihak memperkirakan Huawei akan meredup. Namun, nyatanya mereka justru mempercepat kemandirian teknologinya. Sistem operasi HarmonyOS dan chipset buatan sendiri seperti Kirin menjadi bukti bahwa mereka tidak hanya bertahan, tapi berinovasi,” ujar Muttaqin kepada Dialeksis, Jumat (1/8/2025).
Menurutnya, kekuatan Huawei terletak pada kemampuannya membangun ekosistem sendiri, mulai dari perangkat keras hingga perangkat lunak. Dalam jangka panjang, langkah ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap teknologi luar, terutama yang berbasis Amerika.
“Ini yang membuat Huawei berpeluang menjadi pemimpin industri, khususnya di pasar Asia dan Afrika yang kini mulai lebih terbuka terhadap produk non-Barat,” tambahnya.
Hasil pelacakan data Dialeksis terhadap beberapa laporan pasar teknologi global menunjukkan bahwa penjualan ponsel Huawei terus mengalami peningkatan sejak 2023. Bahkan, dalam kuartal pertama 2025, penjualan Huawei seri Mate dan P-series menembus angka signifikan di pasar Tiongkok, Timur Tengah, dan beberapa negara Eropa Timur.
Salah satu laporan dari Counterpoint Research menyebutkan bahwa Huawei kini menjadi pemain nomor tiga terbesar di pasar ponsel flagship di Tiongkok, hanya bersaing ketat dengan Apple dan Xiaomi. Tak hanya itu, Huawei juga semakin agresif menggarap pasar ponsel kelas menengah dengan desain premium dan fitur unggulan.
“Desain Huawei selalu futuristik dan kini makin berani menyajikan spesifikasi tinggi dengan harga yang kompetitif. Ini menjadikan mereka pilihan rasional di banyak negara berkembang,” ungkap Muttaqin.
Huawei juga terus mengedepankan kekuatan kamera dan kecerdasan buatan (AI) sebagai nilai jual utama. Produk terbaru seperti Huawei Pura 70 Pro+ misalnya, dilengkapi dengan kamera periskop, kemampuan zoom hingga 200x, serta fitur fotografi malam berbasis AI yang belum banyak ditandingi.
“Untuk pengguna profesional maupun content creator, fitur kamera Huawei menjadi alasan utama berpindah dari brand lain. Mereka sangat menonjol dalam aspek ini,” jelas Muttaqin.
Tak hanya unggul di sisi kamera, Huawei juga mengembangkan AI berbasis edge computing dan teknologi cloud-nya sendiri yang terintegrasi dengan perangkat. Hal ini menjadi nilai lebih dibanding pabrikan lain yang masih bergantung pada penyedia layanan pihak ketiga.
Meski terus berkembang, Muttaqin mengingatkan bahwa Huawei tetap menghadapi tantangan global, terutama dalam penetrasi pasar di negara-negara yang masih kuat dipengaruhi kebijakan Amerika Serikat dan sekutunya. Tantangan logistik, akses terhadap komponen, serta sentimen geopolitik menjadi faktor yang harus terus diantisipasi.
“Tapi jika Huawei bisa menjaga konsistensi kualitas, menjaga transparansi, dan memperluas jangkauan pasar lewat pendekatan soft-power seperti edukasi digital dan kerja sama global, saya optimis mereka bisa menjadi pemain utama dalam 5 tahun ke depan,” tutupnya.