Beranda / Gaya Hidup / Kisah Cinta Pertama Bibit Waluyo dan Sri Suharti yang Abadi

Kisah Cinta Pertama Bibit Waluyo dan Sri Suharti yang Abadi

Selasa, 20 Agustus 2024 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Letnan Jenderal (Purn) Bibit Waluyo. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Cinta pada pandangan pertama bukan hanya sekadar pepatah bagi Letnan Jenderal (Purn) Bibit Waluyo. Mantan jenderal TNI ini mengalaminya sendiri saat pertama kali melihat Sri Suharti, yang saat itu masih duduk di bangku SMA. Sejak pandangan pertama, rasa kagum dan cinta tumbuh di hatinya, dan menjadi awal dari perjalanan cinta yang mengesankan. 

"Saat pertama kali melihat Sri, saya merasakan sesuatu yang berbeda. Dia masih SMA, tapi kecantikannya membuat saya terpesona," ujar Bibit Waluyo dalam buku Love Story terbitan Koran SINDO (2009).

Saat itu, Bibit masih menjadi Taruna AKABRI Darat di Magelang. Ia berusaha mendekati Sri Suharti, meskipun tantangan menghadangnya. Sri dibesarkan dalam keluarga yang disiplin sebagai anak seorang tentara, sehingga setiap pria yang mendekatinya harus melalui seleksi ketat. Beruntung, dengan bantuan saudara dari ayah Sri, Bibit akhirnya berhasil berkenalan dengan gadis pujaannya.

"Ketika bertemu langsung, perasaan saya semakin kuat. Saya melihat Sri semakin cantik, dan mungkin dia juga melihat saya cukup menarik. Dari situlah hubungan kami mulai berkembang," kenang Bibit, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Peleton Tempur Kodam II Bukit Barisan. Hubungan mereka tumbuh secara alami, tanpa perlu ungkapan cinta yang formal. Kedekatan mereka semakin kuat seiring berjalannya waktu.

Bibit tidak hanya terpikat oleh kecantikan Sri, tetapi juga oleh sikapnya yang sederhana dan tidak manja, meskipun ia adalah anak tunggal. Sri juga pandai memasak dan sering mengirimkan makanan untuk Bibit, yang menyukai hidangan sederhana seperti tempe dan tahu. Masa pacaran mereka penuh dengan kesederhanaan. 

Setiap malam Minggu, Bibit rajin mengunjungi Sri tanpa mengajak teman-teman dari Akmil, karena tidak ingin ada saingan. Gaya pacaran mereka pun tidak berlebihan; mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati makanan sederhana seperti bakso dan ketupat tahu saat memiliki uang lebih.

Namun, hubungan mereka diuji ketika Bibit lulus dari AKABRI Darat pada 1972 dan ditugaskan di Medan, Sumatera Utara. Hubungan jarak jauh (LDR) menjadi tantangan tersendiri, tetapi mereka tetap menjaga komitmen dengan saling berkirim surat seminggu sekali. 

"Kami menjaga komitmen. Di Medan, saya tidak pernah pacaran dengan orang lain. Kami hanya terhubung melalui surat," kenang Bibit.

Setelah tiga tahun menjalani LDR, Bibit akhirnya memberanikan diri melamar Sri ketika ia lulus SMA pada usia 19 tahun. Mereka menikah pada Juni 1975 dalam suasana yang sangat sederhana, dengan mas kawin berupa Al-Qur'an. Kehidupan mereka setelah menikah juga sederhana, seiring dengan karier Bibit yang perlahan menanjak di dunia militer. 

Bibit pernah menjabat di berbagai posisi strategis, mulai dari Danyonif 407/Padma Kusuma, Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/Garuda Hitam, hingga akhirnya menjadi Pangkostrad.

Setelah pensiun dari militer, Bibit terjun ke dunia politik. Pada Pilgub Jawa Tengah 2008, ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah bersama Rustriningsih. Namun, karier politiknya tidak berlanjut setelah ia kalah dari Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng 2013. 

Kini, Bibit menikmati masa pensiunnya dengan berbagai kegiatan sosial, sambil tetap menjaga kenangan indah dari cinta pertamanya yang bertahan hingga akhir. [sindonews]

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda