DIALEKSIS.COM | Gaya Hidup - Iklan transplantasi rambut menjamur di berbagai kanal sejak awal dekade 2020-an. Dari Instagram, YouTube, hingga billboard perkotaan. Janjinya seragam: mengembalikan kepercayaan diri lewat helai demi helai rambut yang tumbuh kembali. Namun dari sekian banyak klinik yang menawarkan, hanya sedikit yang betul-betul memberi kesan mendalam. Salah satunya adalah Maximus Clinic, klinik restorasi rambut yang berbasis di Turki.
Aryos Nivada, seorang konsultan kebijakan publik asal Aceh, punya cerita berbeda. Ia tidak sekadar menjadi pasien, tapi saksi bagaimana layanan kesehatan bisa tampil dengan standar tinggi, hangat, dan manusiawi. Kepada redaksi Dialeksis, Aryos berbagi pengalamannya mulai dari proses pencarian informasi, komunikasi awal dengan pihak klinik, hingga tindakan transplantasi rambut yang ia jalani di Istanbul pada Juli 2025.
Tak seperti sebagian orang yang memilih klinik hanya dari testimoni selebritas atau visual Instagram, Aryos justru melakukan penelusuran panjang. Ia mengumpulkan data, membaca pengalaman pasien, menelusuri jejak digital klinik - klinik populer, dan menghubungi langsung beberapa di antaranya. Nama Maximus Clinic mencuat bukan karena iklannya paling mencolok, tapi karena konsistensinya dalam menyampaikan informasi dan membina komunikasi.
Komunikasi itu dimulai dari Jakarta, dengan seorang staf perwakilan resmi Maximus Clinic. Ia hadir sebagai pemandu, penasihat, bahkan rekan diskusi.
“Komunikasi kami tidak satu arah. Ia menjelaskan dengan sabar, menjawab semua pertanyaan, dan selalu terbuka. Ini yang membuat saya yakin,” kata Aryos.
Keputusan pun diambil. Pada 21 Juli 2025, Aryos terbang menuju Istanbul, kota yang menjadi simpul pertemuan Timur dan Barat. Begitu mendarat keesokan harinya, ia langsung disambut oleh staf Maximus Clinic. Mobil penjemput yang digunakan bukan sembarangan, sebuah taksi Mercedes Benz yang elegan.
Ia kemudian diarahkan ke Hotel Ibis Istanbul Sisli, tempatnya menginap selama tiga hari. Semua serba terstruktur dan terkoordinasi. Namun yang paling membekas, justru insiden kecil di hari pertama Aryos tak sengaja meninggalkan ponselnya di dalam taksi. Belum sempat panik berlarut, pihak klinik langsung mengurus pelacakan. Dalam waktu singkat, ponselnya kembali.
“Saya terharu. Bukan hanya karena ponselnya kembali, tapi karena saya merasa dilindungi. Mereka tidak hanya profesional, tapi juga tulus,” tuturnya.
Tanggal 23 Juli 2025 menjadi hari penting. Aryos dijemput untuk menjalani tindakan transplantasi di gedung Maximus Clinic. Kesan pertama begitu kuat. Gedungnya besar, bersih, dan modern. Pasien berdatangan dari berbagai negara dari Korea hingga Jerman, dari negara-negara Arab hingga Amerika Serikat.
“Rasanya seperti masuk ke markas besar internasional restorasi rambut. Semuanya tertata rapi, efisien, tapi hangat,” ujarnya.
Prosedur diawali dengan pengukuran kebutuhan rambut, pemotretan wajah, dan sesi penjelasan medis. Pasien kemudian berganti baju operasi dan diarahkan ke ruang tindakan. Di sana, alat-alat modern dan tim tenaga medis sudah bersiap. Proses transplantasi memakan waktu sekitar 8 - 10 jam, dengan jeda makan siang di tengahnya.
Yang menarik, proses itu ditangani langsung oleh dokter muda yang ramah dan komunikatif. Ia menjelaskan setiap tahap dengan tenang dan sabar, bahkan terus memantau kondisi pasien usai tindakan.
“Selesai operasi, saya masih ditanya apakah ada yang kurang, ada rasa sakit atau tidak nyaman. Padahal secara medis, prosesnya sudah selesai. Tapi perhatian mereka belum usai,” ucap Aryos.
Usai transplantasi, Aryos diberi paket perawatan pasca-operasi: mulai dari obat pereda nyeri, antibodi, hingga sampo khusus. Keesokan harinya, rambutnya dibersihkan kembali, dan dokumentasi dilakukan. Tak lupa, ia juga diminta menyampaikan testimoni bukan untuk promosi, tetapi sebagai umpan balik yang akan mereka evaluasi.
Di hari terakhir, mobil kembali datang menjemput Aryos menuju bandara. Tapi perhatian Maximus Clinic tak berhenti di sana. Staf di Indonesia tetap menghubungi, memastikan Aryos tiba dengan selamat di tanah air, dan membuka ruang konsultasi daring secara berkala untuk memantau progres pertumbuhan rambut.
“Saya diminta memberikan kritik dan saran atas pelayanan mereka. Tapi saya sungguh tidak menemukan kekurangan apa pun. Semuanya melampaui ekspektasi,” katanya.
Maximus Clinic tidak menjual mimpi. Mereka menawarkan proses panjang, teliti, dan manusiawi. Dari komunikasi awal, fasilitas penginapan, tindakan medis, hingga purna layanan, semuanya berjalan dengan standar tinggi. Dalam pengalaman Aryos, Maximus bukan hanya klinik rambut. Ia adalah institusi yang menaruh kepercayaan pasien sebagai prioritas utama.
“Di dunia yang serba cepat dan kadang semu ini, Maximus hadir sebagai tempat yang membuat saya merasa dilayani sebagai manusia, bukan sekadar konsumen,” tutup Aryos.
Jika rambut bisa tumbuh kembali, kepercayaan diri bisa pulih, dan prosesnya disertai dengan empati yang tulus maka Maximus Clinic lebih dari sekadar tempat restorasi rambut. Ia adalah ruang untuk tumbuh, luar dan dalam.[ra]