kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Nezar Patria: Menggali Sejarah Aceh Melalui Lensa Jurnalisme

Nezar Patria: Menggali Sejarah Aceh Melalui Lensa Jurnalisme

Jum`at, 16 Agustus 2024 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Karya buku  Nezar Patria berjudul "Sejarah Mati di Kampung Kami". Foto: net


DIALEKSIS.COM | Aceh - Bau laut yang pahit masih tercium dari puing-puing kota yang porak-poranda. Di tengah kehancuran itu, seorang pria memandang perahu nelayan yang terapung di atas reruntuhan rumah. Pemandangan ini bukanlah sekadar gambaran imajinatif, melainkan sampul buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" karya Nezar Patria.

Buku setebal 204 halaman ini mengajak pembaca menyelami kisah Aceh, jurnalisme, dan demokrasi Indonesia melalui 29 artikel yang ditulis Nezar selama karirnya sebagai jurnalis. Diterbitkan oleh Tanda Baca pada 2023, buku ini menjadi potret perjalanan seorang aktivis pro-demokrasi, jurnalis, penyair, dan penyintas peristiwa 1998 yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika.

"Nezar adalah seorang pencatat sejarah; ia berkisah sedalam-dalamnya di balik berita," tulis Leila S. Chudori dalam kata pengantarnya. Gaya jurnalisme sastrawi Nezar memang menjadi ciri khas buku ini, mengajak pembaca merasakan langsung suasana yang ia gambarkan.

Dalam artikel pembuka, Nezar menuliskan kepedihan melihat rumahnya yang hancur akibat tsunami. "Tak terbayangkan: rumah itu kini musnah! Sebulan lalu saya masih tidur nyenyak di lotengnya. Kini tinggal selembar dinding beton menuding langit," tulisnya.

Bukan hanya tentang Aceh, buku ini juga memuat pengalaman pribadi Nezar saat diculik dan disiksa oleh aparat pada Maret 1998. "Klik. Suara pistol yang dikokang yang ditempelkan ke pelipis saya. 'Sudah siap mati?' bisik si penculik," tulis Nezar menggambarkan momen mencekam itu.

Nezar juga mengulas hubungan antara jurnalisme dan filsafat. Menurutnya, keduanya memiliki tugas serupa namun berbeda: filsafat memperkaya kebenaran, sementara jurnalisme melaporkannya. "Filsafat dapat memberikan semacam peta, atau bahkan membongkar apa yang telah diyakini oleh jurnalisme sebagai suatu yang mapan," tulisnya.

Meski kaya akan informasi dan analisis, Nezar berhasil menghindari gaya penulisan akademis yang kering. Ia dengan cerdik menyisipkan fakta-fakta sejarah dan data ke dalam narasi santai bergenre sastra, membuat informasi lebih mudah dicerna.

"Sejarah Mati di Kampung Kami" bukan sekadar catatan pribadi. Buku ini membawa pembaca memasuki ruang suwung yang membuat pikiran mereka hanyut dalam setiap lembarnya. Nezar berhasil mengemas data yang kaya namun tidak membosankan dalam bentuk sastra yang mengalir.

Bagi para jurnalis, aktivis, akademisi, atau siapapun yang tertarik pada isu Aceh, jurnalisme, dan demokrasi Indonesia, buku ini menawarkan perspektif unik dari seorang saksi dan pelaku sejarah. Melalui tulisan Nezar, sejarah yang sempat "mati" di kampungnya kini bangkit kembali, mengajak kita merefleksikan perjalanan bangsa ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda