Rabu, 05 Maret 2025
Beranda / Gaya Hidup / Pergeseran Tren Olahraga: Dari Bersepeda ke Lari, Apa Pemicunya?

Pergeseran Tren Olahraga: Dari Bersepeda ke Lari, Apa Pemicunya?

Selasa, 04 Maret 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Olahraga lari dan bersepeda. [Foto: sportsincycling.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tren olahraga di Indonesia mengalami dinamika baru. Jika beberapa tahun lalu bersepeda mendominasi pilihan masyarakat, kini olahraga lari semakin mencuri perhatian. Fenomena ini disampaikan secara khusus kepada Dialeksis.com pada Selasa (4/3/2025), menurut dr. Masry, Sp.An. dokter spesialis anestesi sekaligus pecinta olahraga dipicu oleh sejumlah faktor yang saling terkait.

Aksesibilitas dan Efisiensi Biaya

Dr. Masry menilai kemudahan akses dan biaya yang lebih efisien menjadi salah satu alasan utama. 

"Lari tidak memerlukan alat khusus seperti sepeda. Cukup dengan sepasang sepatu, olahraga ini dapat dilakukan tanpa biaya tambahan," ujarnya. 

Sementara bersepeda memerlukan investasi untuk pembelian dan perawatan, lari dianggap lebih praktis, terutama dalam situasi ekonomi pascapandemi di mana masyarakat cenderung lebih selektif dalam pengeluaran.

Efisiensi Waktu di Tengah Gaya Hidup Urban

Dalam era kesibukan kota besar, fleksibilitas waktu menjadi keunggulan lari. Dr. Masry menegaskan bahwa olahraga ini dapat dilakukan dalam waktu singkat, mulai dari 30 menit hingga satu jam, tanpa harus merencanakan rute yang kompleks. 

"Kegiatan lari sesuai dengan gaya hidup urban yang menuntut kepraktisan, berbeda dengan bersepeda yang memerlukan persiapan lebih dan waktu perjalanan yang tidak sedikit," jelasnya.

Pengaruh Media Sosial dan Komunitas

Media sosial turut memainkan peran penting dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap olahraga. Munculnya berbagai challenge lari virtual dan event lari yang dipromosikan di platform digital menarik minat, terutama dari kalangan generasi muda. 

"Mereka tidak hanya berolahraga, tapi juga mencari eksistensi melalui konten yang dibagikan di dunia maya," ungkap dr. Masry. Dukungan dari komunitas lari yang terus berkembang juga menciptakan ekosistem yang ramah bagi pemula.

dr. Masry, Sp.An., dokter spesialis anestesi sekaligus praktisi kesehatan. [Foto: for dialeksis]

Kesadaran Kesehatan Pasca-Pandemi

Tak hanya soal efisiensi, lari juga menawarkan manfaat kardiovaskular yang signifikan. Dalam kondisi pasca-pandemi, kesadaran akan pentingnya daya tahan dan imunitas tubuh semakin meningkat. 

"Lari, bila dilakukan dengan teknik yang benar, dapat meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh secara efektif, sekaligus mengurangi risiko cedera bila dibandingkan dengan olahraga high-impact lainnya," tambahnya.

Adaptasi Lingkungan Perkotaan

Keterbatasan ruang di kota besar turut mempengaruhi tren olahraga. Dengan semakin menipisnya ruang untuk bersepeda, lari muncul sebagai alternatif yang lebih adaptif. Pemerintah sendiri mulai membangun track khusus dan fasilitas pendukung yang memudahkan masyarakat untuk tetap aktif secara fisik.

Dr. Masry menekankan bahwa perubahan tren olahraga merupakan hal yang wajar. "Penting bagi setiap individu untuk memilih olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik dan lingkungan. Kunci utamanya adalah konsistensi dalam berolahraga, bukan semata-mata jenis aktivitas yang dilakukan," pungkasnya. [ar]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bank Aceh
dpra
bank Aceh pelantikan