DIALEKSIS.COM | Aceh - Ulama Aceh kharismatik, Tgk H. Faisal Ali atau Abu Sibreh, menegaskan puasa enam hari di bulan Syawal sebagai ibadah penyempurna Ramadan. Menurutnya, amalan sunnah ini tidak hanya bernilai pahala setara puasa setahun, tetapi juga menjadi ujian konsistensi umat Islam dalam menjaga disiplin spiritual pasca - Ramadan.
“Puasa Syawal adalah bentuk syukur atas nikmat Ramadan. Ibarat menyempurnakan bangunan, Ramadan adalah pondasi, sementara Syawal adalah atap yang melindunginya,” ujar Abu Sibreh kepada Dialeksis.com (Minggu 06/05/2025).
Abu Sibreh merujuk hadis Rasulullah SAW: “Barangsiapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan enam hari di Syawal, ia seperti berpuasa setahun penuh” (HR. Muslim). Ia menjelaskan, keistimewaan ini mencerminkan kemurahan Allah SWT yang melipatgandakan pahala ibadah sunnah.
“Ini investasi akhirat. Jika Ramadan diibaratkan ‘modal utama’, Syawal adalah ‘bunga’ yang menggenapkannya,” kata Abu Sibreh yang juga Ketua MPU Aceh.
Tokoh yang dijuluki Sang Pengawal Syariat ini mengingatkan agar Puasa Syawal tidak sekadar rutinitas. Menurutnya, niat ikhlas menjadi kunci diterimanya ibadah. “Jika puasa Syawal hanya untuk pamer atau tren, ia kehilangan ruhnya. Ibadah harus lahir dari hati, bukan pencitraan,” tegasnya.
Ia juga mengaitkan hal ini dengan fenomena maraknya aktivitas tidak syar’i pasca-Ramadan, seperti konsumsi berlebihan saat Lebaran. “Jangan sampai setelah menahan diri sebulan, kita justru terjebak budaya hedon di Syawal,” ucapnya.
Abu Sibreh menekankan, Puasa Syawal harus diiringi dengan peningkatan kepedulian sosial. Ia mencontohkan praktik berbagi makanan berbuka atau menyantuni anak yatim sebagai bentuk integrasi ibadah dan empati.
“Puasa mengajarkan kepekaan. Jika kita bisa menahan lapar, seharusnya kita juga tergerak membantu yang kesulitan,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya kehalalan sumber rezeki selama berpuasa. “Makanan untuk sahur atau berbuka harus dari jalan yang baik. Jangan sampai pahala puasa terkontaminasi oleh harta haram,” imbau Abu Sibreh selaku Ketua PWNU Aceh.
Sebagai pemimpin ulama di Aceh, Abu Sibreh mendorong sinergi antara tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat dalam mengampanyekan keutamaan Syawal. Ia menilai, sosialisasi melalui pengajian, media, atau dialog publik perlu digencarkan.
“Syawal adalah momentum memperkuat identitas keacehan yang Islami. Mari jadikan puasa ini tradisi kolektif, bukan hanya ritual individu,” serunya.
Merujuk maraknya kasus narkoba dan judi online di kalangan pelajar, Abu Sibreh berpesan agar Puasa Syawal menjadi tameng moral. “Puasa melatih pengendalian diri. Generasi muda harus menjauhi maksiat dan fokus membangun masa depan,” tegasnya.
Abu Sibreh berharap ibadah Syawal tidak tenggelam dalam euforia Lebaran. “Ramadan mengajarkan disiplin, Syawal menguji ketahanan. Mari jadikan keduanya sebagai mata rantai ketaatan yang tak terputus,” pungkasnya.