Simak! Tips Agar Lari Jarak Jauh Tetap Aman dan Sehat
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Lari jarak jauh atau long run merupakan aktivitas fisik yang semakin diminati oleh banyak orang, baik sebagai olahraga rekreasi maupun kompetisi. Meskipun menawarkan berbagai manfaat kesehatan, seperti meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan mengurangi risiko penyakit kronis, lari jarak jauh tanpa persiapan yang memadai akan membahayakan tubuh, termasuk kesehatan jantung.
Menurut ahli fisiologi olahraga dan pelatih atletik David E. Martin dan Peter N. Coe dalam buku mereka, Better Training for Distance Runners (1994), lari jarak jauh didefinisikan sebagai olahraga lari yang mengutamakan daya tahan (endurance) untuk menempuh jarak minimal lima kilometer hingga lebih dari 42,195 kilometer (ultramaraton). Aktivitas ini menuntut efisiensi penggunaan oksigen dan energi untuk mempertahankan kecepatan dalam waktu yang lama.
Nomor perlombaan dalam lari jarak jauh yang diakui oleh World Athletics mencakup kategori lintasan, jalan raya, lintas alam, dan ultramaraton. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri yang menantang pelari untuk menguji batas kemampuan fisik dan mental mereka. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang olahraga tetapi juga sarana untuk menginspirasi banyak orang dalam menjaga kesehatan dan kebugaran.
Masalah kesehatan dalam lari jarak jauh ini, sebagaimana dikutip dari majalah MediaKom, telah dibahas dr. Mega Febrianora, Sp.J.P.(K.), FIHA, FAPSC, CRFC dalam acara bincang-bincang Radio Kesehatan yang membahas mengenai “Jantung Aman Saat Long Run” pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Mega menyatakan bahwa olahraga dikatakan sebagai lari jarak jauh apabila seseorang melakukan aktivitas fisik lebih panjang daripada intensitas yang biasa dilakukan. Sebagai contoh, seseorang biasa lari sejauh tiga kilometer dalam setiap hari selama lima kali dalam satu minggu. Ketika ia melakukan lari sejauh lima kilometer setiap hari selama lima kali dalam satu minggu, maka itu sudah masuk ke dalam kategori lari jarak jauh.
Saat melakukan lari jarak jauh, maka orang akan melakukan kegiatan fisik yang melebihi dari kemampuannya. Mega memaparkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan apabila persiapan tidak dilakukan dengan baik sebelum lari jarak jauh dan pelari mengabaikan kondisinya. Hal-hal yang perlu diwaspadai sebelum lari jarak jauh antara lain adalah kematian otot jantung, gangguan pada penyakit jantung koroner, hiponatremia, dehidrasi, dan kematian.
Saat lari jarak jauh, kata Mega, jantung dipaksa memompa darah lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian otot jantung. Kematian otot jantung biasanya melibatkan gangguan aliran darah ke otot jantung yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen (iskemia) dan akhirnya otot jantung mati.
Menurut Mega, olahraga seperti lari jarak jauh bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung. Tetapi, pada individu dengan penyakit jantung koroner atau risiko tinggi, lari jarak jauh bisa memicu masalah serius, termasuk serangan jantung mendadak.
Ada pula hiponatremia, kondisi kadar natrium dalam darah berada di bawah normal. Minum terlalu banyak air dalam waktu singkat, seperti sering dilakukan orang selama atau setelah aktivitas fisik berat seperti maraton, memang dapat mengencerkan natrium dalam darah, tapi hal ini justru dapat menyebabkan hiponatremia.
Lari jarak jauh, kata Mega, dapat memicu dehidrasi. Saat lari jarak jauh orang akan kehilangan cairan yang signifikan melalui keringat dan pernapasan tanpa penggantian yang memadai. Jika tidak diantisipasi, dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kinerja, kelelahan, hingga kondisi medis serius.
Lari jarak jauh, menurut Mega, juga dapat menyebabkan kematian pada kasus tertentu karena aktivitas ini memberikan beban yang sangat besar pada tubuh, terutama pada sistem kardiovaskular, metabolisme, dan keseimbangan cairan serta elektrolit. Kombinasi dari faktor fisik, kondisi medis yang tidak terdeteksi, dan lingkungan ekstrem dapat memicu situasi berbahaya yang berujung pada kematian mendadak.
Butuh Persiapan Matang
Lari jarak jauh bukan sekadar lari biasa tapi membutuhkan banyak persiapan sebelum lari dilakukan. Tanpa persiapan matang, lari jarak jauh justru dapat membahayakan jantung. Mega menyampaikan beberapa persiapan bagi calon pelari sebelum melakukannya.
Pertama, pelari sudah memiliki rekam jejak lari sebelumnya. Jika ingin mengambil maraton penuh (42-44 kilometer), maka pelari harus sudah pernah melakukan lari maraton dalam jarak yang lebih pendek, seperti 5K (lima kilometer), 10K (10 kilometer), atau half marathon (sekitar 21,1 kilometer).
Kedua, pelari harus memiliki kebiasaan untuk berolahraga, dari intensitas ringan, sedang, lalu baru bisa ke intensitas berat seperti lari jarak jauh.
Ketiga, pelari memeriksakan kesehatan jantungnya sesuai kondisi masing-masing.
Keempat, pelari perlu melakukan diet yang sesuai. Kemampuan tubuh menyimpan glukosa adalah setara maksimum 30 kilometer. Apabila tubuh kekurangan nutrisi, nantinya karbohidrat di dalam tubuh akan berganti peran menjadi metabolisme lemak. Metabolisme lemak inilah yang membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga pada saat lari pelari akan mengalami kondisi mudah lelah, mual, dan ngos-ngosan.
Oleh karena itu, pengaturan pola makan gizi seimbang sangat penting sebelum memulai lari jarak jauh.
Kelima, cairan tubuh sudah tercukupi sebelum berlari. Cairan itu tidak boleh kurang dan tidak boleh terlalu berlebihan.
Selain itu, ada beberapa cara yang dapat masyarakat lakukan untuk mencegah penyakit jantung sehingga aman untuk melakukan aktivitas fisik ringan hingga berat. Kementerian Kesehatan menyarankan perilaku “CERDIK”, kependekan dari cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stres.
- Masih Sulit Akses SATUSEHAT Mobile, Begini Cara Atasinya
- Catut Nama, Plt Kadinsos Banda Aceh Imbau Warga Waspada Penipuan Berkedok Pesanan Makanan
- SEMA FEBI IAIN Lhokseumawe Klarifikasi Pemberitaan Tidak Tepat Terkait Musyawarah Mahasiswa
- Menkes: Masyarakat Bisa Nikmati Pemeriksaan Kesehatan Gratis tanpa Harus Jadi Peserta BPJS