kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Trend Drama Radio Mulai Gandrungi Pendengar Radio

Trend Drama Radio Mulai Gandrungi Pendengar Radio

Minggu, 09 April 2023 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi sandiwara radio/drama radioa. Foto: Pixabay.com


DIALEKSIS.COM | Gayahidup - Bagi sebagian pendengar, radio bukan hanya sekadar menikmati lagu yang sedang hit sembari menyetir atau mendengarkan berita terkini atau pun soal lalu lintas. Radio juga tempat mendengarkan pementasan drama.

Drama radio atau sandiwara radio sejatinya salah satu hiburan yang kini kembali digandrungi oleh sebagian pendengar radio. Lewat sandiwara ini, para pendengar bagai 'menonton' sebuah pementasan tanpa menggunakan mata.

Ya, aspek konten audio yang kemudian merangsang imajinasi menjadi hiburan tersendiri dalam menikmati sandiwara radio.

Skoring mulai dari gemuruh hujan, musik mencekam, suara berbincang orang, hingga decit pintu dalam kisah horor, serta narasi dan percakapan yang seolah-olah dalam film, adalah sajian utama sandiwara ini.

Karena hanya bermodal suara itu pula, sandiwara radio paling sesuai didengar dalam berbagai situasi dan kondisi.

"Audio kan bisa sambil masak, nyetrika, ngangon kebo. Jadi itu yang dibilang kekuatan radio," kata Hikmat Darmawan, pengamat budaya populer.

Namun sandiwara radio yang makin populer di era digital dalam beberapa tahun terakhir ini sebenarnya sudah terjadi sejak berdekade silam. Titik Renggani dalam bukunya yang berjudul Drama Radio mencatat bahwa sandiwara radio sudah ada di Indonesia sejak dekade '70-an dan mencapai kejayaannya pada masa 80-an hingga '90-an.

Berbagai sandiwara sudah disiarkan pada saat itu, seperti Saur Sepuh, Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, ataupun Catatan Si Boy. Radio di daerah pun juga banyak membuat sandiwara radio, seperti di Jawa Barat yang memiliki pementasan bodor Sempal Guyon Parahyangan si Kundang oleh Iwan Ardi dan Tisna Sutisna.

Bahkan pada era Orde Baru, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sempat memproduksi sandiwara radio berjudul Butir-butir Pasir di Laut yang bercerita tentang pentingnya KB.

Namun pada dekade '90-an, sandiwara radio mengalami surut pamor bersamaan dengan kemunculan berbagai stasiun televisi swasta yang tayang secara nasional.

CEO Masima Corporation Malik Sjafei Saleh yang menaungi Prambors Radio mengakui radionya sempat vakum membuat sandiwara radio setelah Catatan Si Boy usai.

"Memang sebetulnya sempat kosong setelah Catatan Si Boy berhenti. Membuat sandiwara radio memang enggak terlalu mudah," ucap Malik. "Kemudian kami pindah ke FM, karenanya kita fokus ke musik karena sudah bisa menyajikan suara yang lebih bagus,"

Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi digital, sandiwara radio bagai menemukan kendaraannya lagi. Berbagai siniar kini membuat sandiwara radio, termasuk radio itu sendiri.

Iqbal Tawakkal selaku Head of Digital Prambors Radio menyebut permintaan pendengar dan potensi bisnis menjadi alasan kuat sandiwara radio kembali lahir di era digital.

"Kami melihat ternyata potensi secara data dari tim Research and Data kami, ternyata konten radio play itu cukup dinanti," ucap Iqbal.

"Alhamdulillah dari 2018 sampai 2023, secara bisnis dalam menawarkan ke advertiser alhamdulillah masih ada yang nyantol dan mau beriklan," lanjutnya.

Kini, tren kemunculan kembali sandiwara radio di era digital dibahas secara singkat dalam Fokus edisi April 2023: Pentas Kiwari Sandiwara Radio.

Tentu masih banyak yang belum terbahas dalam mini serial peliputan Fokus ini. Namun yang terpenting, sandiwara radio yang punya kisah dari generasi sebelumnya tak boleh semata lenyap hanya karena zaman telah berganti. [cnnindonesia]

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda