kip lhok
Beranda / Berita / Haba Ramadan / Sunan Ampel, Bidan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa

Sunan Ampel, Bidan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa

Sabtu, 17 April 2021 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sunan Ampel erat kaitannya dengan lahirnya Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia juga menunjuk muridnya, putra Raja Majapahit Brawijaya VI, Raden Fatah menjadi raja pertama Demak pada 1475.

Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat. Solichin Salam dalam Sekitar Wali Songo (2014) menyebut Raden Rahmat diperkirakan lahir pada 1401 di Champa, sebuah negeri kecil di Kamboja.

Ia lahir dari ayah bernama Maulana Malik Ibrahim atau Ibrahim Asmarakandi yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gresik. Sementara ibunya merupakan putri Kerajaan Champa yang bernama Dewi Candrawulan.

Secara garis darah, Sunan Ampel tersambung hingga ke Nabi Muhammad. Ayahnya, Maulana Malik Ibrahim merupakan saudara sedarah Maulana Ishak. Keduanya merupakan putera dari Syekh Jumadil Qubro. Bapak dan anak ini berasal dari Uzbekistan dan masih trah Al Husain, anak Ali Bin Abi Tholib, menantu Nabi Muhammad (Susilarini, Mengenal Sembilan Wali, 2018: 23).

Kedekatannya dengan pihak kerajaan membuat syiar Sunan Ampel di pesisir utara Jawa tidak menemui hambatan. Sunan Ampel mendirikan pesantren di tanah Ampel dan menarik simpati masyarakat. Pesantren itu kemudian menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh. Raden Rahmat juga dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh di kerajaan Majapahit.

Budi Sulistiono, Guru Besar Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Wali Songo dalam Pentas Sejarah Nusantara (2014) menyebutkan, Raden Patah menikah dengan putri Adipati Tuban, Arya Teja yang bernama Nyai Ageng Manila.

Dari pesantren itu lahir sosok-sosok besar yang berpengaruh terhadap penyebaran Islam di Jawa. Beberapa dari mereka antara lain, Raden Paku yang dikenal sebagai Sunan Giri dan Raden Fatah yang pada kemudian hari menjadi sultan pertama Kerajaan Islam di Jawa.

Selain itu, terdapat Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri) yang kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang, Syarifuddin atau Sunan Drajat, dan Maulana Ishak yang diutus mengislamkan daerah Blambangan.

Ajaran Sunan Ampel

Salah satu ajaran Sunan Ampel paling terkenal adalah pesan Mo Limo. Berarti tidak mau melakukan lima perbuatan tercela, yaitu, moh main atau tidak mau berjudi, moh ngombe atau tidak mau minum arak, moh maling atau tidak mau mencuri, moh madat atau tidak mau menghisap candu, moh madon atau tidak mau berzina atau bermain perempuan yang bukan istrinya.

Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Bantul, Yogyakarta, Jadul Maula menuturkan Sunan Ampel merupakan seorang sufi dan guru spiritual yang dihormati masyarakat. Menurutnya, kedudukan Sunan Ampel setara dengan Brahmana dalam strata Hindu-Budha saat itu.

"Integritasnya diakui sehingga dia diakui juga oleh masyarakat sebagai guru rohani," kata Jadul saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, akhir pekan lalu.

Tidak hanya itu, Jadul juga menyebut Sunan Ampel sebagai salah satu poros penting dalam peralihan Majapahit yang menganut Hindu-Budha menjadi Islam. Perubahan ini, terjadi secara kultural dan damai.

Selain itu, dalam syiarnya, Sunan Ampel memiliki strategi membangun jalinan kekerabatan dengan cara menikahkan pendakwah Islam dengan putri penguasa. Strategi lainnya adalah menikahkan santrinya dengan putrinya sendiri.

"Karena secara rohani beliau bisa melakukan kontekstualisasi bagaimana ilmu kerohanian Islam itu menggantikan ilmu kerohanian Hindu-Budha tanpa membuat masyarakat terguncang," jelasnya.

Hal terakhir ia lakukan terhadap Sunan Giri, sosok Wali Songo yang kelak memiliki peranan besar dalam gerakan kebudayaan Islam yang dibangun para wali pada periode berikutnya.

"Sunan Giri ini kan muridnya Sunan Ampel yang juga dijadikan sebagai menantu," kata penulis buku Islam Berkebudayaan itu.[CNN Indonesia]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda